Gua bercerita dan berusaha memberikan nasihat seperti ini bukan berarti gua adalah orang yang paling suci dan benar di dunia ini..gua tetaplah manusia biasa seperti kalian yang tak pernah luput dari salah dan khilaf...namun setidaknya dalam ketidaksempurnaan gua sebagai manusia..masih ada rasa ingin dalam hati gua untuk berbagi dan memberi..dan tidak selalu meminta..bukankah tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah...

Mudah-mudahan dari cerita dan nasehat yang gua sampaikan dapat memberi hikmah dan pelajaran dalam mengerti dan memahami arti hidup...sehingga menjadi cerminan dalam diri kita untuk bisa berbuat lebih baik lagi...

Semua cerita dan nasehat ini semata mata hasil imajinasi dan kreasi pemikiran dan pengamatan gua dalam melihat problematika disekitar hidup ini, walaupun di dalamnya ada tersirat sedikit maupun banyak pengalaman dan kisah hidup gua dalam melangkah dan menapak setiap detik putaran hidup ini...Thank's ats segala dukungan dan saran sobat-sobat Facebookers dan Bloggers sekalian...Gua berjanji gua nggak pernah berhenti dalam berkreasi dan berkarya...Semoga Kita Selalu Mendapatkan Bimbingan-Nya...Aminnnn.... ^_^

Senin, 12 Maret 2012

Jilbab berbuah Cinta dan Taubat...(Part I)



Suara hiruk pikuk dentuman music disco disertai dengan pancaran sinar lampu berwarna warni dan gelak tawa pengunjung yang semakin larut dalam suasana pesta semakin membuat Ega larut dan mabuk dalam pelukan teman wanitanya. “ayooo ga..minum lagi, masa segitu aja loe dah puyeng” hahahaha gelak tawa dan ejekan Angga yang mencoba memacu semangat Ega untuk kembali meneguk segelas Black Label yang sudah 5 botol mereka habiskan berempat bersama wanita-wanita penghibur sebuah discotik disalah satu sudut ibu kota negara.

Ega yang sudah terlalu mabuk berat tersandar pada sebuah sofa sudut discotik itu, dengan mata terpejam dan sesekali membuka matanya dan melihat keadaan sekitarnya. Masih dilihatnya Angga bersama wanita itu, sedangkan wanita yang menemaninya sudah tak tahu kemana rimbanya. “Ngga..jam berapa ini??” “baru jam 01.30 bro” “Astaga...gua besok ada kuliah pagi..!!!” “yukkk cabut ngga..!!” “ahhh nyante ajalah lah ga, bolos sehari kenapa sehh?? Rajin amat loe kuliah?? Iya kan manis..hahaha” jawab Angga sambil mencium pipi wanita malam yang sedari tadi selalu berada dalam gandengannya.

“uhhh...nggak bisa bro..beneran besok itu dosennya killer, klo gua nggak masuk lagi, bisa berabe ntar nilai gua” “ahhh...iya deh...” “manis..abang jalan dulu ya..besok malam gua datang lagi ya, ok??” sambil menganggukan wajahnya, wanita melepas kepergian dua sahabat yang sudah berteman sejak lama, yang perkenalan mereka dimulai sejak setelah peristiwa perceraian kedua orang tua Ega.

Setelah membayar bill yang disodorkan oleh kasir, kedua sahabat ini langsung menuju parkiran dan mobilnya serta  melaju memecah keheningan malam. Kedua sahabat ini memang merupakan anak orang berada, Angga merupakan seorang anak pengusaha kaya yang bergerak dibidang pengembang sebuah proyek perumahan elit di Jakarta dan Ega adalah anak seorang anggota dewan. Kedua nya merupakan mahasiswa namun berbeda fakultas, Angga di Fakultas Ekonomi sedangkan Ega di Fakultas Hukum. Dulu Ega tidak pernah sekali pun mengenal dunia malam, baginya sehari-hari hanya dihabiskan dengan kuliah, maen PS, nongkrong di Mall dan sesekali ia ke Perpustakaan Daerah untuk mencari beberapa buku yang ia perlukan untuk menyelesaikan setiap tugas yang didapatkan dari dosennya.

Ega termasuk mahasiswa yang pintar dan memiliki prestasi yang cukup lumayan dibanding rekan-rekan seangkatannya di Fakultas Hukum kampusnya, wajah yang tampan, tinggi dan berat tubuh yang ideal, tajir  sehingga tak jarang banyak wanita di kampusnya yang suka mengejar-ngejar cintanya, namun sejak perceraian kedua orang tuanya, jalan hidup Ega mulai berubah, semakin tak tentu arah, tidak ada yang bisa merasakan dan mendengar jeritan hatinya, ia semakin kalut dengan kondisi keluarganya, sedangkan ilmu agama tak pernah sedikitpun ditanamkan kepada nya sejak pertama kali ia melihat matahari. Kini ia hanya tinggal bersama ayahnya dan seorang pembantu bernama bi Inah, sedangkan ibunya kini sudah menikah lagi dengan rekan bisnisnya dan telah tinggal di Singapura.

“Kringggggg...” suara jam weker berteriak keras seakan-akan terus mencoba membangunkan Ega yang masih asyik dalam dunia mimpinya, sedangkan diluar sana matahari sudah menyingsing dan memancarkan sinarnya. Berkali-kali jam itu berbunyi dan “astaga....” Ega kaget dan terbangun, dilihatnya jam itu “ahhh siall..gua telat..gua telat...” langsung ia berbegas menuju kamar mandi dan mempersiapkan segalanya. Beberapa menit kemudian ia pun sudah siap “loh den...kok nggak sarapan dulu??” “duhh bi..nggak sempat..aku telat..” sambil mengikat tali sepatunya dan duduk di sofa ruang tamu. “yoo..opo nggak laper toh den, ntar maagnya kambuh loh??” “iya bi..terima kasih..ntar aja dehh aku makan di kampus ya” “nahhh ntar malam baru bibi masak yang enak ya..hehe” “sippp den..dijamin masakan bibi nggak kalah sama masakan restoran hehe” “hehe..bibi emang TOP BGT dah” “hah?? Apa tuh TOP BGT den???” “ahh bibi nggak gaul ah..Top Banget bi hehe” “wealah..hehe maklum wong ndeso den nggak ngerti sama bahasa anak muda zaman sekarang” “hehe..nahh kali ini kan aku ajarin bibi, ntar klo bibi cuti pulang ke kampung, klo bibi memuji seseorang bilang aja TOP BGT hehe” “lha..ntar klo orangnya nggak ngerti den, piye??” “ya bibi bilang aja wong ndeso, katrok..masa nggak ngarti?? Hehe” “weladalah..den Ega bisa saja hehe”

“ya udah aku berangkat ya bi, dahh..dahhh...” “iya den ati-ati dijalan ya!!!” “ok bi..pasti itu” terdengar suara motor Kawasaki Ninja 250 cc yang perlahan-lahan mulai menghilang dari pendengaran bi Inah yang sedari tadi terus memandangi kepergian Ega hingga lenyap dari pandangannya. Bi Inah sudah lama bekerja di keluarga ini, sejak Ega masih kecil, ia lah yang merawat dan membesarkan Ega, sedangkan ibu Ega terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya, begitu pula dengan ayahnya yang jarang sekali berada di rumah. Ega sangat sayang sekali dengan bi Inah, ia sudah menganggap bi Inah seperti ibu kandungnya sendiri, dengan bi Inah lah, Ega bisa merasakan kehangatan belaian seorang ibu, dengan bi Inah lah Ega merasa ada yang memperhatikannya, menasehatinya dan membimbingnya. Sedangkan kedua orang tuanya hanya sesekali bertemu dengan Ega, itu pun hanya memberikan uang jatah untuk jajan dan pendidikan Ega. Namun bagi Ega bukan itu yang ia mau, yang Ega butuhkan bukan hanya sekedar materi tapi perhatiaan dan kasih sayang kedua orang tua.

Ega memang tak pernah sekali pun mendapatkan pengetahuan dan ilmu agama secara mendalam, yang ia tahu hanya dasar-dasarnya saja dan itupun hanya ia dapatkan ketika masih duduk di bangku sekolah SD, SMP dan SMA, sedangkan di rumah tidak ada satupun yang membimbingnya untuk mendalami ilmu agama yang ia peroleh di bangku sekolah tersebut, kewajiban dalam agama pun jarang sekali ia laksanakan. Sejak kecil memang bi Inah ingin sekali mengajari Ega sholat dan mengaji, namun bi Inah takut melangkahi wewenang kedua orang tua nya, sehingga bi Inah hanya diam dan terus melakukan ibadahnya sambil berharap jika melihat dan memperhatikan, Ega juga mau ikut melaksanakan ibadah dan berharap kepada Allah SWT untuk memberikan hidayah-Nya dan membuka mata hatinya.

“Selamat pagi pak” sapa Ega ketika mencoba memberanikan diri memasuki ruang kelas yang sudah terlihat penuh sesak dipenuhi mahasiswa yang dengan konsen mengikuti perkuliahan. “selamat siang” dengan penuh ketus pak Panca menjawab salam Ega. “maaf pak, saya terlambat soalnya tadi jalanan macet banget trus...” belum selesai Ega memberikan alasan, langsung dipotong oleh pak Panca yang wajahnya terlihat sangat tidak bersahabat “ahhh..sudahlah..terlalu banyak alasan saudara, silahkan tunggu diluar..!!!” dengan kejamnya pak Panca mengusir Ega yang sudah terlihat berkeringat dingin. “tapi pak..lebih baik datang terlambat daripada tidak masuk sama sekali kan??” tanpa sedikit pun menjawab pembelaan Ega, pak Panca hanya membisu dan menunjukkan jari telunjuk kanannya ke arah pintu.

Dengan langkah yang gontai Ega melangkah menuju kantin kampus yang terlihat ramai dengan mahasiswa yang sedang asyik berbincang dan menyantap setiap hidangan yang dipesan. “bu..cappucino panasnya satu ya” sambil menikmati cappucino panasnya dan sambil menghisap sebatang rokok, ia mencoba menghubungi Angga. Berkali kali ia menelpon, namun tak sedikitpun ada tanda-tanda telpon Ega dijawab. “ahh..sudahlah..pasti dia masih molor..tu anak kan emang nggak pernah bangun pagi, bisa kiamat dunia ini klo dia bangun pagi hehe” bergumam dalam hati Ega jika mengingat kelakukan sobat karibnya itu, sambil sedikit tersenyum tipis kembali ia isap sebatang rokoknya yang sedari tadi ia letakkan disebuah asbak kaca diatas meja makan kantin itu.

Sambil terus bengong dan merasa sedikit kecewa dengan perlakukan pak Panca, Ega mencoba menenangkan emosi dan perasaannya, sesekali dihirupnya nafas dalam-dalam, “ahh..sudahlah..mending pulang aja, lanjutin tidur..dari pada bengong disini...bikin bete” baru saja Ega hendak berdiri dari kursinya, tanpa sengaja dan entah mengapa tiba-tiba matanya mengarah kepada seorang gadis yang bisa membuat Ega tertegun tak berkedip. “hawww...anak mana nehhh??” seperti orang gila, Ega hanya bisa berbicara sendiri, kagum dan merasa heran dengan apa yang baru saja dilihatnya. Ega memang terkenal dikalangan mahasiswi sebagai mahasiswa favorit karena parasnya dan kegagahannya. Bukan sombong atau angkuh, namun bagi Ega mahasiswi yang selama ini banyak mengejar dan ngefans berat dengannya, baginya hanyalah hal biasa dan bahkan Ega tak sedikitpun memiliki perasaan yang sama dengan mahasiswi-mahasiswi tersebut, bagi Ega mereka semua lebay, hanya mencari kesenangan dan hura-hura.

Namun kali ini benar-benar berbeda, Ega tak pernah mengalami hal seperti ini, kagum dan penuh ketakjuban melihat paras gadis itu, seakan-akan tersengat dan terbius pesonanya, Ega pun semakin sulit menjelaskan dengan kata-kata. Jantungnya berdenyut keras, dadanya berasa bergetar hebat “ya Tuhan..inikah Bidadari yang selama ini ku cari?? Tapi bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta padanya, ia terlihat begitu muslimah, santun, lembut, pakaiannya begitu tertutup, bahkan mungkin dalam hidupnya tak pernah mengenal lelaki, sedangkan aku..pengetahuan agama ku begitu dangkal, apa yang terjadi pada ku??”

Masih dalam keadaan heran dengan dirinya sendiri, instingnya sedikit bekerja, segera diambilnya Black Berry (BB) disakunya, dan di fotonya gadis itu dari jauh “pas..perfect”. Ingin sekali Ega mendekati gadis tersebut dan menyapanya, namun segera diurungkan niatnya “ahh..belum saatnya..tapi aku janji pada diri ku sendiri, suatu hari nanti aku pasti akan mengenalnya”.

Bersambung...!!!! ^_^

(Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?? Apakah Ega akan mengenal dan mendapatkan cinta Gadis yang baru saja dilihatnya dan mampu membuat perubahan pada jalan hidunya?? Nantikan kelanjutannya dalam Jilbab berbuah Cinta dan Taubat...(Part II) Salam ^_^

Donny Syach El Shirazy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar