Gua bercerita dan berusaha memberikan nasihat seperti ini bukan berarti gua adalah orang yang paling suci dan benar di dunia ini..gua tetaplah manusia biasa seperti kalian yang tak pernah luput dari salah dan khilaf...namun setidaknya dalam ketidaksempurnaan gua sebagai manusia..masih ada rasa ingin dalam hati gua untuk berbagi dan memberi..dan tidak selalu meminta..bukankah tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah...

Mudah-mudahan dari cerita dan nasehat yang gua sampaikan dapat memberi hikmah dan pelajaran dalam mengerti dan memahami arti hidup...sehingga menjadi cerminan dalam diri kita untuk bisa berbuat lebih baik lagi...

Semua cerita dan nasehat ini semata mata hasil imajinasi dan kreasi pemikiran dan pengamatan gua dalam melihat problematika disekitar hidup ini, walaupun di dalamnya ada tersirat sedikit maupun banyak pengalaman dan kisah hidup gua dalam melangkah dan menapak setiap detik putaran hidup ini...Thank's ats segala dukungan dan saran sobat-sobat Facebookers dan Bloggers sekalian...Gua berjanji gua nggak pernah berhenti dalam berkreasi dan berkarya...Semoga Kita Selalu Mendapatkan Bimbingan-Nya...Aminnnn.... ^_^

Senin, 12 Maret 2012

Jilbab berbuah Cinta dan Taubat...(Part II)



Ega pun segera memacu sepeda motornya melaju dikeramaian jalanan ibu kota untuk langsung pulang kembali ke kediamannya. 30 menit berselang Ega pun tiba juga di rumahnya, setelah memarkir motor kesayangannya itu yang selalu ia jadikan sebagai kuda besi pacu dalam setiap perlombaan balapan liar di tengah malam dan sebuah jalanan lurus untuk menguji nyali dan mengejar pujian dari rekan-rekannya. “siang bi” “lohhh...kok dah pulang den?? Emangnya nggak kuliah??” “tau tuhh..dosen brengsek” sambil nyelonong dan bergegas menuju kamarnya, setelah ditutupnya pintu kamar dan dikuncinya, lalu dilemparnya tas yang berisi buku-buku pelajaran ke atas meja belajarnya, Ega pun segera merebahkan tubuhnya diatas kasur yang begitu terlihat rapi dan bersih. “sial banget ni hari, kenapa bisa sehhh dosen kaya gitu ngajar di kampus?? Heran...” terus saja bergumam sendiri Ega dalam kamarnya dan masih diliputi suasana kekesalan dan kebencian jika mengingat perlakuan pak Panca terhadap dirinya. “den..nggak makan siang siang dulu??” terdengar suara bi Inah dibalik pintu kamarnya yang mencoba menawarkan dan mengingatkan Ega makan siang, “ntar aja bi..belum laper” “tapi ntar sayurnya keburu dingin loh den??” “bibi aja yang makan, beneran bi..aku belum laper, ntar klo dah laper aku bisa makan sendiri kok” “ohh..ya udah klo begitu den, ingat loh den Ega punya maag” “iya bi..aku tahu itu” setelah mendengar jawaban Ega, suara bi Inah pun sudah tidak terdengar lagi dari balik pintu di luar kamar Ega.

“ohh iya gadis itu” tiba-tiba Ega langsung teringat akan gadis yang ia lihat di kantin kampus tadi, langsung diambilnya BB disaku, kemudian dibukanya folder gambar kamera dan dipandanginnya foto gadis itu, “perfect..manis banget” terus di zoomnya gambar itu hingga terlihat dengan jelas setiap lekuk paras gadis tersebut. Sambil senyum-senyum sendiri, sekilas Ega membayangkan jika seandainya suatu hari nanti ia dapat berkenalan dan mengenal jauh dengan gadis itu, “ahhh...betapa bahagianya aku hehe” dan tak disadari Ega pun telah terlelap dalam dunia tidurnya sedangkan BB nya tetap berada dalam genggamannya yang perlahan-lahan genggaman tangan itu mulai melemah.

Putaran detik, menit dan jam terus berjalan, hari sudah menginjak sore bahkan sedikit lagi akan berjumpa senja, Ega pun terbangun dari tidurnya, perutnya mulai berdemo, berteriak dan menendang karena sejak pagi belum ada sebutir nasi pun yang masuk ke dalam lambungnya. “aduhh sakit...!!!” maag Ega kambuh, sambil memegang perutnya ia segera bangkit dari kasurnya dan menuju ruang makan, “bi..bibi..” “iya den..” terdengar suara bi Inah sambil berlari kecil dan tergopoh-gopoh dari dapur dan menghampiri Ega. “lohh..den Ega kenapa??” “perut ku sakit bi..aduhhh!!!” “pasti maagnya kambuh lagi  kan??” tanpa menunggu jawaban Ega, bi Inah pun langsung mengambil obat maag dan memberikannya kepada Ega, tak menunggu lama Ega pun langsung meneguknya.

Setelah rasa perih dan nyeri di lambungnya berkurang Ega pun langsung melahap setiap makanan yang ada di atas meja makan, “makanya den..klo bi Inah kasi tau didengerin” tak sedikitpun Ega menghiraukan kicauan bi Inah, dan terus asyik melahap makanannya. Setelah merasa kenyang ia pun langsung mandi.

Pukul 20.00 waktu menjelang, tak banyak yang Ega lakukan di kamarnya, selain hanya membaca Komik Lupus yang sudah banyak ia koleksi sejak SMA, sambil cekikikan sendiri, tiba-tiba terdengar suara dering BB memanggil, dilihatnya “ahh si Angga” lalu dijawabnya telpon itu “halo..bro” “halo..sorry baru kasi kabar kabari nehh ga” “yoii...nyante aja, tadi siang loe gua telpon” “iyeee sorry..sorry..pas loe telpon gua masih molor, nahh pas bangun gua lihat sehh 1 panggilan tak terjawab, gua mau telpon loe balik, ehh nyokap buru-buru manggil gua minta dianterin ke kondangan, jadi ya udah setelah itu gua lupa dehh, ni juga gua baru balik ke rumah, dan baru ke inget ma loe” “dahh gua duga loe pasti masih molor pas gua telpon tadi siang” “hehe..loe lagi ngapaen sekarang??” “nihh lagi baca komik aja” “hah?? Hedehh kaya anak kecil aja yang dibaca komik, ya udah gua mandi dulu habis nihh gua meluncur ke rumah loe” “sipp..dehh..gua tunggu bro” “oke dehh...” tuttttt...telpon pun terputus, dan Ega pun melanjutkan bacaannya.

1 jam berselang Angga pun sudah berada di rumah Ega, “jalan yuk...???” “gi males bro..gua lagi pengen males-malesan aja di kamar” “ahhh..loe mahhh..kaya anak mami aja...” “hehe biarin lah ngga..emank loe nggak capek apa, kan katanya tadi habis nemenin nyokap loe ke kondangan??” “capek sehhh..tapi ya bete aja klo diem di rumah” “tuhhh baca komik-komik gua, dijamin ngakak and nggak beteh dehh hehe” “ahh gua mah hobbynya baca majalah dewasa bukan yang kaya ginian” sambil melihat satu persatu koleksi komik Ega, tanpa sengaja Angga melihat wallpaper yang terpasang di BB Ega “ehhh siapa nih bro??” “apaan??” “ini gadis yang terpasang di wallpapaer BB loe??” “hah??” Ega terkejut dan merasa kaget, bahwa ia memang memasang foto gadis berjilbab yang ia foto tadi siang di kantin kampus dan memasangnya sebagai wallpaper dan lupa menggantinya. Sambil terbata-bata dan sedikit malu Ega coba menjelaskan “hmmm..itu...tadi...” “hehehe..siapa nihhh..loe lagi nguber seseorang ya ga?? Ngaku dehhh?? Tumben loe suka ma gadis yang kaya gini penampilannya??” Ledekan Angga, sedikit mengusik selera membaca Ega. “hmmm...iya dehh gua cerita, dan Ega pun menceritakan kejadian tadi siang yang ia alami dari telat bangun tidur, nggak sarapan, telat masuk kelas, diusir pak Panca hingga bertemu gadis berjilbab itu.

“hahahahaha..Ega..Ega..gokil..gokil..loe..hahaha” “kok loe malah ketawa seh ngga???” “hehe..upssss..sorry..sorry bro..hihihi..cerita loe lucu taooo...”lucu??? lucu apaan??” “hehe udah..udah..lupain aja, oh iya bentar..tadi loe bilang loe ketemu cewek itu, trus sampai buat loe nggak bisa berkedip?? Emanknya kenapa bro?? Dan juga tumben sehh loe suka gadis yang jilbaban gitu, bukannya fans-fans loe semuanya rata-rata modis, cantik, seksi, aduhaiii lahh...pokoknya, tapi kali ini loe beda??” “ahhh..gua juga nggak ngerti bro, kenapa kali ini jiwa gua berasa bergetar aja..ketika ngelihat tuh gadis, ada aura tersendiri yang ia pancarin ke gua, wajahnya, setiap lekuk parasnya, hidungnya, matanya, bibirnya semua membuat gua kepikiran, kenapa gua ngerasa kangen ma tu gadis, pengen banget gua berjumpa lagi dengan dia bro, apakah ini yang namanya cinta??” “hahaha..cinta??..haha lebay lo ga, haha...” “ahhh..Anggaaaaaa...loe ngeledekin mulu sehh??” “hehe..iyaaa..iyaaa..sorry..sorry...trus..trus rencana loe apa sekarang??” “ya..gua sehh pengen nyari tu gadis..gua pengen kenal tu gadis lebih jauh bro” sambil menepuk pundak Ega “bro..klo masalah ginian..serahin ke gua..jangan panggil gua Angga..klo gua nggak bisa bantu loe” “ok deh..sipp..trims ngga”

Semakin asyiknya kedua sahabat ini ngobrol hingga tak sadar waktu sudah menunjukan pukul 23:45. “wahh dah malam ga, gua balik dulu dehhh..” “ok bro..besok loe ke kampus nggak??” “kampus donk..ada mata kuliah gua besok” “ya udah besok kita ketemu di kampus aja ya, setelah itu kita cari informasi tentang gadis itu” “ ohhh..sippp..gampang itu..ya udah gua cabut ga..bye...”

Suasana di kampus hari ini begitu ramai, setelah menyelesaikan jam kuliah masing-masing, kedua sahabat ini pun bertemu di kantin kampus. “gimana?? Dah siap memulai pencarian kita hari ini???” “yoiii donk..siapp lah..demi gadis itu..hujan panas..bakal gua hadapin hehe” “hehe gombal loe..trus kita cari kemana nehh??” “kemana ya?? Kita puterin aja dehh di kampus, kita masukin setiap fakultas, pasang muke tembok aja dahh masuk ke setiap kelas” “hahaha..ngaco loe..ga hehe”

Sekian jam mereka mencari gadis itu, namun sepertinya hasilnya hanya sia-sia saja, karena tak mengetahui namanya sehingga sangat susah untuk mencari informasi tentang gadis tersebut. “duhh ga..capek gua..kayanya pencarian hari ini nggak ada hasil alias nihil” “iya nehh...gua juga capek” “trus gimana donk ga??” “ya udah kita balik aja..besok lagi dehh kita lanjutin” “yoii dehh....”

Hampir 3 hari kedua sahabat ini mencari gadis itu, namun hasilnya sama saja dengan hari-hari sebelumnya, sehingga hampir membuat putus asa. “ya ampun ga, gadis yang loe kejar itu bidadari kali yang turun ke Bumi mencari selendangnya, dan setelah dapat ia naik lagi dehh ke kayangan” “hehe..iya kali ya..hehe tau dehh..klo emank jodoh nggak akan kemana” “ayu ting-ting donk bro??” “kok Ayu ting-ting??” “iya..kan kemana...” “yeee..Ayu ting-ting mahh kemananya pangkat 3, klo gua mah pangkat 1” “hahaha..iya dehh..ke kantin yuk laper neh” Yupzzz...gua juga..dari tadi ni perut dah keroncongan banget”.

“kenyanggg...” “iya nenhhh seger kembali badan gua, ehhh bentar-bentar..gua ada ide” “mau kemana lo ga??” tanpa memperhatikan teguran Angga, Ega langsung menuju ke Bibi kantin. “bi..maaf ganggu bentar” “iya dek..nggak papa..ada apa ya??” “mmm...bibi tahu nggak atau masih inget nggak sama gadis yang make jilbab yang pernah ngobrol sama bibi hari itu?? “ waduhhh dek..yang make jilbab mahh banyak banget di kampus ini” “waduhh..iya juga sehh..yang ini loh bi..yang waktu itu sekitar 4 hari yang lalu ya jam segini lah ngobrol sama bibi agak lama..kelihatannya akrab banget, inget nggak bi??” “duhh..yang mana ya dek, sebentar bibi ingat-ingat dulu...” sekian menit bibi kantin itu mengingatnya. “ohh jangan-jangan dek Melanie...” “Melanie???..namanya Melanie ya bi??” “iya..yang make kerudung warna merah marun itu kan, yang make baju lengan panjang warna merah marun juga sama rok panjang warna hitam??” “upsss...sebenar-sebantar bi..” Ega langsung segera merogoh saku kantongnya dan mengambil BB serta membuka folder gambarnya. “wahh iya bi..bener-bener..bibi kenal kan?? Siapa dia bi??” “ohh dek Melanie tohh..ya kenal banget dek, dia memang bukan mahasiswi sini, dia itu lulusan Pesantren, sekarang bibi kurang tahu banget apa aktivitasnya sekarang, cuma ya setiap pagi dia nganterin kue kesini” “ohhh..begitu ya bi..trus..trus rumahnya dimana bi??” “seingat bibi sehh dia tinggal disekitar Masjid Nurul Islam di daerah Duren Sawit dek” “mmm..ok dehh bi..trims ya infonya” “ohh iya dek..palingan juga nggak lama lagi dek Melanie bakalan kesini, soalnya dah 3 hari nggak nganter kue” “oh ya??? Pucuk dicinta ulampun tiba..sipp..sipp, makasih ya bi”

“loe itu ngobrol apaan sehh?? Lama bener, gua perhatiin dari tadi loe cuma bengong, senyum, tertawa, kaget....emang si bibi ngomong apa??” “ada dehh..tu gadis namanya Melanie bro” “uhukkk...uhukkk..”Angga merasa keselek ketika mendengar ucapan Ega. “hah?? Cepet banget loe tahu namanya??” “ya iyalah Ega gitu lohh...” “hehe..ngomong-ngomong namanya cantik juga bro..jadi penasaran gua” “sebentar lagi dia datang kesini mau nganterin kue ke bibi kantin” “nganterin kue?? Emangnya dia penjual kue?? Nggak kuliah disini??” “ahh banyak nanya loe..udah ntar kita selidiki aja”

20 menit berselang, munculah Melanie membawakan 5 buah baki berisi kue-kue yang siap dijual di kantin bibi tersebut. “Angga..tuhh Melanie...!!!” “mana??” “ituuuu..yang sama bibi kantin” “busyettt dahhh..cantik banget ga...ampunn..gila tu bidadari apa manusia??” “gimana cantik kan??” “sulit gua menggambarkannya bro...selera loe tinggi juga...” “siapa dulu dong Ega...” “ehhh mau kemana loe??” Ega langsung bergegas menghampiri Melanie, ini merupakan saat-saat yang ia tunggu-tunggu..sudah lama ia menantikan saat seperti ini.

“Hai.....” sapa Ega, namun tak sepatah kata pun yang dikeluarkan mulut Melanie terhadap sapaan Ega, ia hanya tertunduk dan setelah menyelesaikan urusannya dengan bibi kantin itu, ia langsung berlalu dihadapan Ega dan pergi, sedangkan Ega hanya berdiri kaku, ia tidak menyangka bahwa sapaannya tak digubris sedikit pun, padahal selama ini sekali ia menyapa para gadis di kampus itu, selalu saja mendapatkan timbal balik sebuah senyuman manis dan sapaan yang begitu hangat, namun kali ini betul-betul berbeda. “ampunnn..sombong bener ni gadis” “kenapa dek??” “bi..kok dia sombong bener sehhh??” “adek sehh nyapanya pake hai..kaya orang bule aja..pake Assalammualaikum gitu loh dek” “ohh gitu ya bi??”

Disaat Ega hendak mengejar Melanie, Angga pun mencoba menahan Ega “Ega..nggak usah..bukan saat yang tepat, nanti aja kita telusuri alamatnya” “tapi bro...nanti kita akan kehilangan dia lagi???” “udah tenang aja, kan katanya loe dah tau alamatnya??” “oh iya..bener gua lupa” “adek berdua klo mau gampang ketemu Melanie..coba aja datang ke Mesjid Nurul Islam yang di daerah Duren Sawit itu tadi, rumahnya nggak jauh dari situ  kok, dan juga dia nggak pernah ketinggalan 5 waktu, setiap sholat pasti di masjid itu, jadi klo adek sholat disitu..pasti ketemu Melanie” “mmm..begitu ya bi..duhh bi..sekali lagi terima kasih..maaf merepotkan ya bi” “iya nggak papa dek, sesama muslim kan harus saling menolong” “duhh bibi baik banget, klo gitu aku borong deh semua kuenya Melanie bi..” “apa dek?? Semuanya??” “iya bi..aku borong semua” “wahhh..pasti dek Melanie seneng banget dengarnya neh..makasih ya dek”.

Setelah membayar semua kue tersebut, kedua sahabat ini pun segera pergi dan kembali ke rumah masing-masing. “bi Inah..ni kue buat bibi” “kue apa den??? loh kok banyak banget, siapa yang mau makan sebanyak ini??” “ya..buat bibi lah, atau nggak ntar dibagi buat pengamen atau pengemis atau tukang koran yang biasa lewat depan rumah bi” “wahh tumben nehhh...” “hehe bukankah sesama muslim harus saling menolong bi??” “weladalahh..kesambet apa toh den..kok beda banget dengan hari-hari sebelumnya??” “hehe ada dehhh...ya udah ntar sisain aku 5 potong ya bi..buat ngemil di kamar” “ok...ok..sipp den hehe”

Keesokan harinya setelah kedua sahabat ini menyelesaikan jam kuliahnya, mereka sudah siap melaksanakan misi penelusuran keberadaan Melanie. “gimana bro?? Dah siap??” “yoiii..meluncur...!!!” hampir 1 jam kedua sahabat menelusuri jalanan ibu kota, mengarungi kemacetan dan polusi serta teriknya matahari dan akhirnya mereka berduapun menemukan Masjid Nurul Islam tersebut. “ehhh..ehhh..ini dia masjidnya bro” “mana-mana??” “itu di depan sebelah kanan” “ohh iya...bentar gua parkir mobil dulu” setelah Angga memarkir mobilnya dipelataran Masjid Nurul Islam, namun kedua sahabat ini belum turun dari mobilnya. “katanya bibi kantin kemaren Melanie selalu sholat 5 waktu di masjid ini, setahu gua sehh siang begini ada sholat juga, tapi sholat apa ya namanya??” “aduhh mana gua tahu ga, ntar gua cari di Google dulu” “ohhh..ini loh ga, namanya sholat Dzuhur” “trus tu sholat jam berapa??” “sekitar jam 12 an lah bro..” “wahhh klo begitu sebentar lagi donk” tak lama kemudian terdengar suara Adzan dari masjid tersebut.

Satu-persatu masyarakat sekitar masjid ini berdatangan, dan langsung menuju tempat wudhunya, dan kedua sahabat ini terus mengawasi pintu masuk pelataran masjid tersebut tanpa keluar dari mobilnya. Tak lama berselang “Melanie..Melanie..itu Melanie ngga” “mana-mana??” segera Ega turun dari mobilnya dan langsung menghampiri Melanie..”Assalammualaikum...” “Walaikumsalam...” sambil tertunduk Melanie langsung mempercepat langkah kakinya dan berlalu dihadapan Ega dan langsung menuju ke tempat wudhu wanita. Angga yang sedari tadi hanya memperhatikan dari dalam mobil, langsung bergegas keluar dan menghampiri Ega “Gimana ga, loe dah kenalan??” “dia cuma jawab salam gua..walaikumsalam jawabnya setelah melihat gua sepersekian detik kemudian tertunduk dan berlalu” “klo gitu kejar dong ga...!!” “ok...yuk...!!!” Kedua sahabat ini pun langsung mengejar Melanie ke tempat wudhu wanita. “ehhh..mas berdua..klo mau wudhu bukan disini..nohh...disitu tempat wudhu pria..!” tegur seorang pria pengurus masjid yang sedari tadi memperhatikan gelagat yang aneh dari kedua sahabat ini.

“wudhu???” “iya wudhu..mau sholat nggak??..klo mau wudhu disitu..disini tempat wudhu wanita, ente bukan mukhrimnya..haram..paham ente??” “iya..iya..pak..paham” masih bingung kedua sahabat ini akan perintah wudhu, tak lama kemudian melintaslah Melanie dihadapan kedua sahabat ini dan pengurus masjid tersebut, sambil tersenyum dan menahan gelak tawa Melanie sesekali melayangkan pandangannya ke Ega, dan Ega pun membalas senyum Melanie dengan begitu manisnya, sedangkan Angga masih merasa bingung dengan perintah wudhu tersebut. “ehh buruan..ntar lagi qamat..sana wudhu cepat” “iya..pak..segera..”

Sambil berbisik “Ega..loe tau caranya wudhu nggak??” “yeee..mana gua tahu..” “trus gimana nehhh??” “udahh lihat orang disamping loe ikutin caranya” setelah kedua sahabat tersebut selesai berwudhu dengan mengikuti cara wudhu orang yang berada disamping mereka masing-masing, “Ega..perasaan habis wudhu..kok gua ngerasa seger ya??” “iya nehh..berasa tentram hati gua..aneh ya” melihat Ega dan Angga yang tidak segera masuk masjid, kemudian penjaga masjid tersebut kembali menegur mereka “ehh ente bedua..ngapaen lagi ngerumpi disitu..buruan masuk sana..dah mau qamat tuh..!!!”  “iya..iya..pak...” “duhh galak bener dehh bapak ini..tampangnya dah serem, jenggotnya panjang..hedehh...jangan lagi dehh ketemu ma ni orang, bisa mati bediri gua...” ehhh malah cekikian lagi..” “iya pak..maaf..saya berdua mau sholat pak..ayo ngga masuk..” “ayoo...nggak tahan juga gua ngadepin ni orang”

Allahu Akbar, Allahu Akbar....Asyhadu alla ilaha illallah...Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah...
Hayya 'alash sholah...Hayya 'alal falah...Qod qomatish sholah, Qod qomatish sholah...
Allahu Akbar, Allahu Akbar...La ilaha illallah...

Berdirilah para jamaah dibelakang imam, membentuk saff yang lurus dan merapatkannya, sedangkan Ega dan Angga masih merasa bingung, sambil berbisik “Ega..gimana caranya sholat???” “emangnya gua ngarti apa??” “trus gimana donk...tuh orang-orang dah pada berdiri semua, kayanya dah mau dimulai tuh” “duhh gimana ya..kayanya mereka pada konsen semua..kabur yukk..tunggu di mobil aja” “ok...yuk..” baru saja mereka hendak membalikan badan dan keluar dari masjid tiba-tiba mereka di hentikan oleh pengurus masjid tersebut “ehhh..mau kemana ente..ayo sini sholat..” “aduhhh..ada bapak itu lagi..” “iya pak..kita berdua sholat kok hehe” dan akhirnya mereka berdua pun berdiri disamping bapak pengurus masjid tersebut. Mereka ikutin setiap gerakan sholat orang yang berada di depannya dan disampingnya, tanpa sedikitpun membaca bacaan sholat, sesekali mereka berdua saling melirik dan menunjukan wajah dungu dan bingung.

Dan akhirnya kedua sahabat ini pun selesai juga menyelesaikan sholat dzuhur yang mungkin baru pertama kali mereka laksanakan. Sambil duduk bersila dan mendengar wirid para jamaah, Ega dan Angga pun mencoba berbisik “ga..kabur...” “bentar..nggak enak..tunggu aja sedikit lagi mungkin”. Setelah ikut berdoa yang dipimpin oleh Imam masjid tersebut, lalu bapak pengurus masjid tersebut menyalami mereka berdua “ente berdua orang baru ya di daerah sini??” “iya pak..tadi kebetulan lewat, pas denger adzan kita bedua langsung mutusin mampir kesini pak” jawab Angga yang sok tahu. “ohh baguslah klo begitu, emang jarang anak muda zaman sekarang yang mau sholat dan ngerjain perintah agama, biar denger adzan juga tetep aje cuek malah dikerasin lagi suara musiknya”. Tanpa merasa malu..Angga pun mencoba memperkanlkan diri, “ohh iya pak kenalin saya Angga dan ini temen saya Ega” “ohh iya..saya Akhmad..panggil saja pak Akhmad” “bapak pengurus masjid sini ya??” “iya ane pengurus masjid ini” tak lama kemudian datanglah Melanie menghampiri mereka “pah..Melanie pulang duluan ya..mau bantuin mama nyiapin makan siang, Assalammualaikum” sambil mencium tangan pak Akhmad, Melanie pun langsung pergi dan sempat sekali melihat raut wajah Ega.

Begitu tersontaknya Ega dan Angga, “apa??? papah???” jadi itu anaknya bapak??” “iyaa..kenapa emangnya?? kok kaget gitu??” sambil bertatapan kedua sahabat ini dan masih merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat dan didengarnya.

Bersambung...!!!! ^_^

(Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?? Apakah Ega bisa lebih mengenal dan mendapatkan cinta Melanie??, setelah ia tahu bahwa Melanie merupakan anak Pak Akhmad, seorang pengurus masjid yang sedari tadi menegur mereka dengan keras dan jengkel dengan perlakuan pak Akhmad. Nantikan kelanjutannya dalam Jilbab berbuah Cinta dan Taubat...(Part III) Salam ^_^

Donny Syach El Shirazy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar