Gua bercerita dan berusaha memberikan nasihat seperti ini bukan berarti gua adalah orang yang paling suci dan benar di dunia ini..gua tetaplah manusia biasa seperti kalian yang tak pernah luput dari salah dan khilaf...namun setidaknya dalam ketidaksempurnaan gua sebagai manusia..masih ada rasa ingin dalam hati gua untuk berbagi dan memberi..dan tidak selalu meminta..bukankah tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah...

Mudah-mudahan dari cerita dan nasehat yang gua sampaikan dapat memberi hikmah dan pelajaran dalam mengerti dan memahami arti hidup...sehingga menjadi cerminan dalam diri kita untuk bisa berbuat lebih baik lagi...

Semua cerita dan nasehat ini semata mata hasil imajinasi dan kreasi pemikiran dan pengamatan gua dalam melihat problematika disekitar hidup ini, walaupun di dalamnya ada tersirat sedikit maupun banyak pengalaman dan kisah hidup gua dalam melangkah dan menapak setiap detik putaran hidup ini...Thank's ats segala dukungan dan saran sobat-sobat Facebookers dan Bloggers sekalian...Gua berjanji gua nggak pernah berhenti dalam berkreasi dan berkarya...Semoga Kita Selalu Mendapatkan Bimbingan-Nya...Aminnnn.... ^_^

Senin, 12 Maret 2012

Jilbab berbuah Cinta dan Taubat...(Part II)



Ega pun segera memacu sepeda motornya melaju dikeramaian jalanan ibu kota untuk langsung pulang kembali ke kediamannya. 30 menit berselang Ega pun tiba juga di rumahnya, setelah memarkir motor kesayangannya itu yang selalu ia jadikan sebagai kuda besi pacu dalam setiap perlombaan balapan liar di tengah malam dan sebuah jalanan lurus untuk menguji nyali dan mengejar pujian dari rekan-rekannya. “siang bi” “lohhh...kok dah pulang den?? Emangnya nggak kuliah??” “tau tuhh..dosen brengsek” sambil nyelonong dan bergegas menuju kamarnya, setelah ditutupnya pintu kamar dan dikuncinya, lalu dilemparnya tas yang berisi buku-buku pelajaran ke atas meja belajarnya, Ega pun segera merebahkan tubuhnya diatas kasur yang begitu terlihat rapi dan bersih. “sial banget ni hari, kenapa bisa sehhh dosen kaya gitu ngajar di kampus?? Heran...” terus saja bergumam sendiri Ega dalam kamarnya dan masih diliputi suasana kekesalan dan kebencian jika mengingat perlakuan pak Panca terhadap dirinya. “den..nggak makan siang siang dulu??” terdengar suara bi Inah dibalik pintu kamarnya yang mencoba menawarkan dan mengingatkan Ega makan siang, “ntar aja bi..belum laper” “tapi ntar sayurnya keburu dingin loh den??” “bibi aja yang makan, beneran bi..aku belum laper, ntar klo dah laper aku bisa makan sendiri kok” “ohh..ya udah klo begitu den, ingat loh den Ega punya maag” “iya bi..aku tahu itu” setelah mendengar jawaban Ega, suara bi Inah pun sudah tidak terdengar lagi dari balik pintu di luar kamar Ega.

“ohh iya gadis itu” tiba-tiba Ega langsung teringat akan gadis yang ia lihat di kantin kampus tadi, langsung diambilnya BB disaku, kemudian dibukanya folder gambar kamera dan dipandanginnya foto gadis itu, “perfect..manis banget” terus di zoomnya gambar itu hingga terlihat dengan jelas setiap lekuk paras gadis tersebut. Sambil senyum-senyum sendiri, sekilas Ega membayangkan jika seandainya suatu hari nanti ia dapat berkenalan dan mengenal jauh dengan gadis itu, “ahhh...betapa bahagianya aku hehe” dan tak disadari Ega pun telah terlelap dalam dunia tidurnya sedangkan BB nya tetap berada dalam genggamannya yang perlahan-lahan genggaman tangan itu mulai melemah.

Putaran detik, menit dan jam terus berjalan, hari sudah menginjak sore bahkan sedikit lagi akan berjumpa senja, Ega pun terbangun dari tidurnya, perutnya mulai berdemo, berteriak dan menendang karena sejak pagi belum ada sebutir nasi pun yang masuk ke dalam lambungnya. “aduhh sakit...!!!” maag Ega kambuh, sambil memegang perutnya ia segera bangkit dari kasurnya dan menuju ruang makan, “bi..bibi..” “iya den..” terdengar suara bi Inah sambil berlari kecil dan tergopoh-gopoh dari dapur dan menghampiri Ega. “lohh..den Ega kenapa??” “perut ku sakit bi..aduhhh!!!” “pasti maagnya kambuh lagi  kan??” tanpa menunggu jawaban Ega, bi Inah pun langsung mengambil obat maag dan memberikannya kepada Ega, tak menunggu lama Ega pun langsung meneguknya.

Setelah rasa perih dan nyeri di lambungnya berkurang Ega pun langsung melahap setiap makanan yang ada di atas meja makan, “makanya den..klo bi Inah kasi tau didengerin” tak sedikitpun Ega menghiraukan kicauan bi Inah, dan terus asyik melahap makanannya. Setelah merasa kenyang ia pun langsung mandi.

Pukul 20.00 waktu menjelang, tak banyak yang Ega lakukan di kamarnya, selain hanya membaca Komik Lupus yang sudah banyak ia koleksi sejak SMA, sambil cekikikan sendiri, tiba-tiba terdengar suara dering BB memanggil, dilihatnya “ahh si Angga” lalu dijawabnya telpon itu “halo..bro” “halo..sorry baru kasi kabar kabari nehh ga” “yoii...nyante aja, tadi siang loe gua telpon” “iyeee sorry..sorry..pas loe telpon gua masih molor, nahh pas bangun gua lihat sehh 1 panggilan tak terjawab, gua mau telpon loe balik, ehh nyokap buru-buru manggil gua minta dianterin ke kondangan, jadi ya udah setelah itu gua lupa dehh, ni juga gua baru balik ke rumah, dan baru ke inget ma loe” “dahh gua duga loe pasti masih molor pas gua telpon tadi siang” “hehe..loe lagi ngapaen sekarang??” “nihh lagi baca komik aja” “hah?? Hedehh kaya anak kecil aja yang dibaca komik, ya udah gua mandi dulu habis nihh gua meluncur ke rumah loe” “sipp..dehh..gua tunggu bro” “oke dehh...” tuttttt...telpon pun terputus, dan Ega pun melanjutkan bacaannya.

1 jam berselang Angga pun sudah berada di rumah Ega, “jalan yuk...???” “gi males bro..gua lagi pengen males-malesan aja di kamar” “ahhh..loe mahhh..kaya anak mami aja...” “hehe biarin lah ngga..emank loe nggak capek apa, kan katanya tadi habis nemenin nyokap loe ke kondangan??” “capek sehhh..tapi ya bete aja klo diem di rumah” “tuhhh baca komik-komik gua, dijamin ngakak and nggak beteh dehh hehe” “ahh gua mah hobbynya baca majalah dewasa bukan yang kaya ginian” sambil melihat satu persatu koleksi komik Ega, tanpa sengaja Angga melihat wallpaper yang terpasang di BB Ega “ehhh siapa nih bro??” “apaan??” “ini gadis yang terpasang di wallpapaer BB loe??” “hah??” Ega terkejut dan merasa kaget, bahwa ia memang memasang foto gadis berjilbab yang ia foto tadi siang di kantin kampus dan memasangnya sebagai wallpaper dan lupa menggantinya. Sambil terbata-bata dan sedikit malu Ega coba menjelaskan “hmmm..itu...tadi...” “hehehe..siapa nihhh..loe lagi nguber seseorang ya ga?? Ngaku dehhh?? Tumben loe suka ma gadis yang kaya gini penampilannya??” Ledekan Angga, sedikit mengusik selera membaca Ega. “hmmm...iya dehh gua cerita, dan Ega pun menceritakan kejadian tadi siang yang ia alami dari telat bangun tidur, nggak sarapan, telat masuk kelas, diusir pak Panca hingga bertemu gadis berjilbab itu.

“hahahahaha..Ega..Ega..gokil..gokil..loe..hahaha” “kok loe malah ketawa seh ngga???” “hehe..upssss..sorry..sorry bro..hihihi..cerita loe lucu taooo...”lucu??? lucu apaan??” “hehe udah..udah..lupain aja, oh iya bentar..tadi loe bilang loe ketemu cewek itu, trus sampai buat loe nggak bisa berkedip?? Emanknya kenapa bro?? Dan juga tumben sehh loe suka gadis yang jilbaban gitu, bukannya fans-fans loe semuanya rata-rata modis, cantik, seksi, aduhaiii lahh...pokoknya, tapi kali ini loe beda??” “ahhh..gua juga nggak ngerti bro, kenapa kali ini jiwa gua berasa bergetar aja..ketika ngelihat tuh gadis, ada aura tersendiri yang ia pancarin ke gua, wajahnya, setiap lekuk parasnya, hidungnya, matanya, bibirnya semua membuat gua kepikiran, kenapa gua ngerasa kangen ma tu gadis, pengen banget gua berjumpa lagi dengan dia bro, apakah ini yang namanya cinta??” “hahaha..cinta??..haha lebay lo ga, haha...” “ahhh..Anggaaaaaa...loe ngeledekin mulu sehh??” “hehe..iyaaa..iyaaa..sorry..sorry...trus..trus rencana loe apa sekarang??” “ya..gua sehh pengen nyari tu gadis..gua pengen kenal tu gadis lebih jauh bro” sambil menepuk pundak Ega “bro..klo masalah ginian..serahin ke gua..jangan panggil gua Angga..klo gua nggak bisa bantu loe” “ok deh..sipp..trims ngga”

Semakin asyiknya kedua sahabat ini ngobrol hingga tak sadar waktu sudah menunjukan pukul 23:45. “wahh dah malam ga, gua balik dulu dehhh..” “ok bro..besok loe ke kampus nggak??” “kampus donk..ada mata kuliah gua besok” “ya udah besok kita ketemu di kampus aja ya, setelah itu kita cari informasi tentang gadis itu” “ ohhh..sippp..gampang itu..ya udah gua cabut ga..bye...”

Suasana di kampus hari ini begitu ramai, setelah menyelesaikan jam kuliah masing-masing, kedua sahabat ini pun bertemu di kantin kampus. “gimana?? Dah siap memulai pencarian kita hari ini???” “yoiii donk..siapp lah..demi gadis itu..hujan panas..bakal gua hadapin hehe” “hehe gombal loe..trus kita cari kemana nehh??” “kemana ya?? Kita puterin aja dehh di kampus, kita masukin setiap fakultas, pasang muke tembok aja dahh masuk ke setiap kelas” “hahaha..ngaco loe..ga hehe”

Sekian jam mereka mencari gadis itu, namun sepertinya hasilnya hanya sia-sia saja, karena tak mengetahui namanya sehingga sangat susah untuk mencari informasi tentang gadis tersebut. “duhh ga..capek gua..kayanya pencarian hari ini nggak ada hasil alias nihil” “iya nehh...gua juga capek” “trus gimana donk ga??” “ya udah kita balik aja..besok lagi dehh kita lanjutin” “yoii dehh....”

Hampir 3 hari kedua sahabat ini mencari gadis itu, namun hasilnya sama saja dengan hari-hari sebelumnya, sehingga hampir membuat putus asa. “ya ampun ga, gadis yang loe kejar itu bidadari kali yang turun ke Bumi mencari selendangnya, dan setelah dapat ia naik lagi dehh ke kayangan” “hehe..iya kali ya..hehe tau dehh..klo emank jodoh nggak akan kemana” “ayu ting-ting donk bro??” “kok Ayu ting-ting??” “iya..kan kemana...” “yeee..Ayu ting-ting mahh kemananya pangkat 3, klo gua mah pangkat 1” “hahaha..iya dehh..ke kantin yuk laper neh” Yupzzz...gua juga..dari tadi ni perut dah keroncongan banget”.

“kenyanggg...” “iya nenhhh seger kembali badan gua, ehhh bentar-bentar..gua ada ide” “mau kemana lo ga??” tanpa memperhatikan teguran Angga, Ega langsung menuju ke Bibi kantin. “bi..maaf ganggu bentar” “iya dek..nggak papa..ada apa ya??” “mmm...bibi tahu nggak atau masih inget nggak sama gadis yang make jilbab yang pernah ngobrol sama bibi hari itu?? “ waduhhh dek..yang make jilbab mahh banyak banget di kampus ini” “waduhh..iya juga sehh..yang ini loh bi..yang waktu itu sekitar 4 hari yang lalu ya jam segini lah ngobrol sama bibi agak lama..kelihatannya akrab banget, inget nggak bi??” “duhh..yang mana ya dek, sebentar bibi ingat-ingat dulu...” sekian menit bibi kantin itu mengingatnya. “ohh jangan-jangan dek Melanie...” “Melanie???..namanya Melanie ya bi??” “iya..yang make kerudung warna merah marun itu kan, yang make baju lengan panjang warna merah marun juga sama rok panjang warna hitam??” “upsss...sebenar-sebantar bi..” Ega langsung segera merogoh saku kantongnya dan mengambil BB serta membuka folder gambarnya. “wahh iya bi..bener-bener..bibi kenal kan?? Siapa dia bi??” “ohh dek Melanie tohh..ya kenal banget dek, dia memang bukan mahasiswi sini, dia itu lulusan Pesantren, sekarang bibi kurang tahu banget apa aktivitasnya sekarang, cuma ya setiap pagi dia nganterin kue kesini” “ohhh..begitu ya bi..trus..trus rumahnya dimana bi??” “seingat bibi sehh dia tinggal disekitar Masjid Nurul Islam di daerah Duren Sawit dek” “mmm..ok dehh bi..trims ya infonya” “ohh iya dek..palingan juga nggak lama lagi dek Melanie bakalan kesini, soalnya dah 3 hari nggak nganter kue” “oh ya??? Pucuk dicinta ulampun tiba..sipp..sipp, makasih ya bi”

“loe itu ngobrol apaan sehh?? Lama bener, gua perhatiin dari tadi loe cuma bengong, senyum, tertawa, kaget....emang si bibi ngomong apa??” “ada dehh..tu gadis namanya Melanie bro” “uhukkk...uhukkk..”Angga merasa keselek ketika mendengar ucapan Ega. “hah?? Cepet banget loe tahu namanya??” “ya iyalah Ega gitu lohh...” “hehe..ngomong-ngomong namanya cantik juga bro..jadi penasaran gua” “sebentar lagi dia datang kesini mau nganterin kue ke bibi kantin” “nganterin kue?? Emangnya dia penjual kue?? Nggak kuliah disini??” “ahh banyak nanya loe..udah ntar kita selidiki aja”

20 menit berselang, munculah Melanie membawakan 5 buah baki berisi kue-kue yang siap dijual di kantin bibi tersebut. “Angga..tuhh Melanie...!!!” “mana??” “ituuuu..yang sama bibi kantin” “busyettt dahhh..cantik banget ga...ampunn..gila tu bidadari apa manusia??” “gimana cantik kan??” “sulit gua menggambarkannya bro...selera loe tinggi juga...” “siapa dulu dong Ega...” “ehhh mau kemana loe??” Ega langsung bergegas menghampiri Melanie, ini merupakan saat-saat yang ia tunggu-tunggu..sudah lama ia menantikan saat seperti ini.

“Hai.....” sapa Ega, namun tak sepatah kata pun yang dikeluarkan mulut Melanie terhadap sapaan Ega, ia hanya tertunduk dan setelah menyelesaikan urusannya dengan bibi kantin itu, ia langsung berlalu dihadapan Ega dan pergi, sedangkan Ega hanya berdiri kaku, ia tidak menyangka bahwa sapaannya tak digubris sedikit pun, padahal selama ini sekali ia menyapa para gadis di kampus itu, selalu saja mendapatkan timbal balik sebuah senyuman manis dan sapaan yang begitu hangat, namun kali ini betul-betul berbeda. “ampunnn..sombong bener ni gadis” “kenapa dek??” “bi..kok dia sombong bener sehhh??” “adek sehh nyapanya pake hai..kaya orang bule aja..pake Assalammualaikum gitu loh dek” “ohh gitu ya bi??”

Disaat Ega hendak mengejar Melanie, Angga pun mencoba menahan Ega “Ega..nggak usah..bukan saat yang tepat, nanti aja kita telusuri alamatnya” “tapi bro...nanti kita akan kehilangan dia lagi???” “udah tenang aja, kan katanya loe dah tau alamatnya??” “oh iya..bener gua lupa” “adek berdua klo mau gampang ketemu Melanie..coba aja datang ke Mesjid Nurul Islam yang di daerah Duren Sawit itu tadi, rumahnya nggak jauh dari situ  kok, dan juga dia nggak pernah ketinggalan 5 waktu, setiap sholat pasti di masjid itu, jadi klo adek sholat disitu..pasti ketemu Melanie” “mmm..begitu ya bi..duhh bi..sekali lagi terima kasih..maaf merepotkan ya bi” “iya nggak papa dek, sesama muslim kan harus saling menolong” “duhh bibi baik banget, klo gitu aku borong deh semua kuenya Melanie bi..” “apa dek?? Semuanya??” “iya bi..aku borong semua” “wahhh..pasti dek Melanie seneng banget dengarnya neh..makasih ya dek”.

Setelah membayar semua kue tersebut, kedua sahabat ini pun segera pergi dan kembali ke rumah masing-masing. “bi Inah..ni kue buat bibi” “kue apa den??? loh kok banyak banget, siapa yang mau makan sebanyak ini??” “ya..buat bibi lah, atau nggak ntar dibagi buat pengamen atau pengemis atau tukang koran yang biasa lewat depan rumah bi” “wahh tumben nehhh...” “hehe bukankah sesama muslim harus saling menolong bi??” “weladalahh..kesambet apa toh den..kok beda banget dengan hari-hari sebelumnya??” “hehe ada dehhh...ya udah ntar sisain aku 5 potong ya bi..buat ngemil di kamar” “ok...ok..sipp den hehe”

Keesokan harinya setelah kedua sahabat ini menyelesaikan jam kuliahnya, mereka sudah siap melaksanakan misi penelusuran keberadaan Melanie. “gimana bro?? Dah siap??” “yoiii..meluncur...!!!” hampir 1 jam kedua sahabat menelusuri jalanan ibu kota, mengarungi kemacetan dan polusi serta teriknya matahari dan akhirnya mereka berduapun menemukan Masjid Nurul Islam tersebut. “ehhh..ehhh..ini dia masjidnya bro” “mana-mana??” “itu di depan sebelah kanan” “ohh iya...bentar gua parkir mobil dulu” setelah Angga memarkir mobilnya dipelataran Masjid Nurul Islam, namun kedua sahabat ini belum turun dari mobilnya. “katanya bibi kantin kemaren Melanie selalu sholat 5 waktu di masjid ini, setahu gua sehh siang begini ada sholat juga, tapi sholat apa ya namanya??” “aduhh mana gua tahu ga, ntar gua cari di Google dulu” “ohhh..ini loh ga, namanya sholat Dzuhur” “trus tu sholat jam berapa??” “sekitar jam 12 an lah bro..” “wahhh klo begitu sebentar lagi donk” tak lama kemudian terdengar suara Adzan dari masjid tersebut.

Satu-persatu masyarakat sekitar masjid ini berdatangan, dan langsung menuju tempat wudhunya, dan kedua sahabat ini terus mengawasi pintu masuk pelataran masjid tersebut tanpa keluar dari mobilnya. Tak lama berselang “Melanie..Melanie..itu Melanie ngga” “mana-mana??” segera Ega turun dari mobilnya dan langsung menghampiri Melanie..”Assalammualaikum...” “Walaikumsalam...” sambil tertunduk Melanie langsung mempercepat langkah kakinya dan berlalu dihadapan Ega dan langsung menuju ke tempat wudhu wanita. Angga yang sedari tadi hanya memperhatikan dari dalam mobil, langsung bergegas keluar dan menghampiri Ega “Gimana ga, loe dah kenalan??” “dia cuma jawab salam gua..walaikumsalam jawabnya setelah melihat gua sepersekian detik kemudian tertunduk dan berlalu” “klo gitu kejar dong ga...!!” “ok...yuk...!!!” Kedua sahabat ini pun langsung mengejar Melanie ke tempat wudhu wanita. “ehhh..mas berdua..klo mau wudhu bukan disini..nohh...disitu tempat wudhu pria..!” tegur seorang pria pengurus masjid yang sedari tadi memperhatikan gelagat yang aneh dari kedua sahabat ini.

“wudhu???” “iya wudhu..mau sholat nggak??..klo mau wudhu disitu..disini tempat wudhu wanita, ente bukan mukhrimnya..haram..paham ente??” “iya..iya..pak..paham” masih bingung kedua sahabat ini akan perintah wudhu, tak lama kemudian melintaslah Melanie dihadapan kedua sahabat ini dan pengurus masjid tersebut, sambil tersenyum dan menahan gelak tawa Melanie sesekali melayangkan pandangannya ke Ega, dan Ega pun membalas senyum Melanie dengan begitu manisnya, sedangkan Angga masih merasa bingung dengan perintah wudhu tersebut. “ehh buruan..ntar lagi qamat..sana wudhu cepat” “iya..pak..segera..”

Sambil berbisik “Ega..loe tau caranya wudhu nggak??” “yeee..mana gua tahu..” “trus gimana nehhh??” “udahh lihat orang disamping loe ikutin caranya” setelah kedua sahabat tersebut selesai berwudhu dengan mengikuti cara wudhu orang yang berada disamping mereka masing-masing, “Ega..perasaan habis wudhu..kok gua ngerasa seger ya??” “iya nehh..berasa tentram hati gua..aneh ya” melihat Ega dan Angga yang tidak segera masuk masjid, kemudian penjaga masjid tersebut kembali menegur mereka “ehh ente bedua..ngapaen lagi ngerumpi disitu..buruan masuk sana..dah mau qamat tuh..!!!”  “iya..iya..pak...” “duhh galak bener dehh bapak ini..tampangnya dah serem, jenggotnya panjang..hedehh...jangan lagi dehh ketemu ma ni orang, bisa mati bediri gua...” ehhh malah cekikian lagi..” “iya pak..maaf..saya berdua mau sholat pak..ayo ngga masuk..” “ayoo...nggak tahan juga gua ngadepin ni orang”

Allahu Akbar, Allahu Akbar....Asyhadu alla ilaha illallah...Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah...
Hayya 'alash sholah...Hayya 'alal falah...Qod qomatish sholah, Qod qomatish sholah...
Allahu Akbar, Allahu Akbar...La ilaha illallah...

Berdirilah para jamaah dibelakang imam, membentuk saff yang lurus dan merapatkannya, sedangkan Ega dan Angga masih merasa bingung, sambil berbisik “Ega..gimana caranya sholat???” “emangnya gua ngarti apa??” “trus gimana donk...tuh orang-orang dah pada berdiri semua, kayanya dah mau dimulai tuh” “duhh gimana ya..kayanya mereka pada konsen semua..kabur yukk..tunggu di mobil aja” “ok...yuk..” baru saja mereka hendak membalikan badan dan keluar dari masjid tiba-tiba mereka di hentikan oleh pengurus masjid tersebut “ehhh..mau kemana ente..ayo sini sholat..” “aduhhh..ada bapak itu lagi..” “iya pak..kita berdua sholat kok hehe” dan akhirnya mereka berdua pun berdiri disamping bapak pengurus masjid tersebut. Mereka ikutin setiap gerakan sholat orang yang berada di depannya dan disampingnya, tanpa sedikitpun membaca bacaan sholat, sesekali mereka berdua saling melirik dan menunjukan wajah dungu dan bingung.

Dan akhirnya kedua sahabat ini pun selesai juga menyelesaikan sholat dzuhur yang mungkin baru pertama kali mereka laksanakan. Sambil duduk bersila dan mendengar wirid para jamaah, Ega dan Angga pun mencoba berbisik “ga..kabur...” “bentar..nggak enak..tunggu aja sedikit lagi mungkin”. Setelah ikut berdoa yang dipimpin oleh Imam masjid tersebut, lalu bapak pengurus masjid tersebut menyalami mereka berdua “ente berdua orang baru ya di daerah sini??” “iya pak..tadi kebetulan lewat, pas denger adzan kita bedua langsung mutusin mampir kesini pak” jawab Angga yang sok tahu. “ohh baguslah klo begitu, emang jarang anak muda zaman sekarang yang mau sholat dan ngerjain perintah agama, biar denger adzan juga tetep aje cuek malah dikerasin lagi suara musiknya”. Tanpa merasa malu..Angga pun mencoba memperkanlkan diri, “ohh iya pak kenalin saya Angga dan ini temen saya Ega” “ohh iya..saya Akhmad..panggil saja pak Akhmad” “bapak pengurus masjid sini ya??” “iya ane pengurus masjid ini” tak lama kemudian datanglah Melanie menghampiri mereka “pah..Melanie pulang duluan ya..mau bantuin mama nyiapin makan siang, Assalammualaikum” sambil mencium tangan pak Akhmad, Melanie pun langsung pergi dan sempat sekali melihat raut wajah Ega.

Begitu tersontaknya Ega dan Angga, “apa??? papah???” jadi itu anaknya bapak??” “iyaa..kenapa emangnya?? kok kaget gitu??” sambil bertatapan kedua sahabat ini dan masih merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat dan didengarnya.

Bersambung...!!!! ^_^

(Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?? Apakah Ega bisa lebih mengenal dan mendapatkan cinta Melanie??, setelah ia tahu bahwa Melanie merupakan anak Pak Akhmad, seorang pengurus masjid yang sedari tadi menegur mereka dengan keras dan jengkel dengan perlakuan pak Akhmad. Nantikan kelanjutannya dalam Jilbab berbuah Cinta dan Taubat...(Part III) Salam ^_^

Donny Syach El Shirazy

Jilbab berbuah Cinta dan Taubat...(Part I)



Suara hiruk pikuk dentuman music disco disertai dengan pancaran sinar lampu berwarna warni dan gelak tawa pengunjung yang semakin larut dalam suasana pesta semakin membuat Ega larut dan mabuk dalam pelukan teman wanitanya. “ayooo ga..minum lagi, masa segitu aja loe dah puyeng” hahahaha gelak tawa dan ejekan Angga yang mencoba memacu semangat Ega untuk kembali meneguk segelas Black Label yang sudah 5 botol mereka habiskan berempat bersama wanita-wanita penghibur sebuah discotik disalah satu sudut ibu kota negara.

Ega yang sudah terlalu mabuk berat tersandar pada sebuah sofa sudut discotik itu, dengan mata terpejam dan sesekali membuka matanya dan melihat keadaan sekitarnya. Masih dilihatnya Angga bersama wanita itu, sedangkan wanita yang menemaninya sudah tak tahu kemana rimbanya. “Ngga..jam berapa ini??” “baru jam 01.30 bro” “Astaga...gua besok ada kuliah pagi..!!!” “yukkk cabut ngga..!!” “ahhh nyante ajalah lah ga, bolos sehari kenapa sehh?? Rajin amat loe kuliah?? Iya kan manis..hahaha” jawab Angga sambil mencium pipi wanita malam yang sedari tadi selalu berada dalam gandengannya.

“uhhh...nggak bisa bro..beneran besok itu dosennya killer, klo gua nggak masuk lagi, bisa berabe ntar nilai gua” “ahhh...iya deh...” “manis..abang jalan dulu ya..besok malam gua datang lagi ya, ok??” sambil menganggukan wajahnya, wanita melepas kepergian dua sahabat yang sudah berteman sejak lama, yang perkenalan mereka dimulai sejak setelah peristiwa perceraian kedua orang tua Ega.

Setelah membayar bill yang disodorkan oleh kasir, kedua sahabat ini langsung menuju parkiran dan mobilnya serta  melaju memecah keheningan malam. Kedua sahabat ini memang merupakan anak orang berada, Angga merupakan seorang anak pengusaha kaya yang bergerak dibidang pengembang sebuah proyek perumahan elit di Jakarta dan Ega adalah anak seorang anggota dewan. Kedua nya merupakan mahasiswa namun berbeda fakultas, Angga di Fakultas Ekonomi sedangkan Ega di Fakultas Hukum. Dulu Ega tidak pernah sekali pun mengenal dunia malam, baginya sehari-hari hanya dihabiskan dengan kuliah, maen PS, nongkrong di Mall dan sesekali ia ke Perpustakaan Daerah untuk mencari beberapa buku yang ia perlukan untuk menyelesaikan setiap tugas yang didapatkan dari dosennya.

Ega termasuk mahasiswa yang pintar dan memiliki prestasi yang cukup lumayan dibanding rekan-rekan seangkatannya di Fakultas Hukum kampusnya, wajah yang tampan, tinggi dan berat tubuh yang ideal, tajir  sehingga tak jarang banyak wanita di kampusnya yang suka mengejar-ngejar cintanya, namun sejak perceraian kedua orang tuanya, jalan hidup Ega mulai berubah, semakin tak tentu arah, tidak ada yang bisa merasakan dan mendengar jeritan hatinya, ia semakin kalut dengan kondisi keluarganya, sedangkan ilmu agama tak pernah sedikitpun ditanamkan kepada nya sejak pertama kali ia melihat matahari. Kini ia hanya tinggal bersama ayahnya dan seorang pembantu bernama bi Inah, sedangkan ibunya kini sudah menikah lagi dengan rekan bisnisnya dan telah tinggal di Singapura.

“Kringggggg...” suara jam weker berteriak keras seakan-akan terus mencoba membangunkan Ega yang masih asyik dalam dunia mimpinya, sedangkan diluar sana matahari sudah menyingsing dan memancarkan sinarnya. Berkali-kali jam itu berbunyi dan “astaga....” Ega kaget dan terbangun, dilihatnya jam itu “ahhh siall..gua telat..gua telat...” langsung ia berbegas menuju kamar mandi dan mempersiapkan segalanya. Beberapa menit kemudian ia pun sudah siap “loh den...kok nggak sarapan dulu??” “duhh bi..nggak sempat..aku telat..” sambil mengikat tali sepatunya dan duduk di sofa ruang tamu. “yoo..opo nggak laper toh den, ntar maagnya kambuh loh??” “iya bi..terima kasih..ntar aja dehh aku makan di kampus ya” “nahhh ntar malam baru bibi masak yang enak ya..hehe” “sippp den..dijamin masakan bibi nggak kalah sama masakan restoran hehe” “hehe..bibi emang TOP BGT dah” “hah?? Apa tuh TOP BGT den???” “ahh bibi nggak gaul ah..Top Banget bi hehe” “wealah..hehe maklum wong ndeso den nggak ngerti sama bahasa anak muda zaman sekarang” “hehe..nahh kali ini kan aku ajarin bibi, ntar klo bibi cuti pulang ke kampung, klo bibi memuji seseorang bilang aja TOP BGT hehe” “lha..ntar klo orangnya nggak ngerti den, piye??” “ya bibi bilang aja wong ndeso, katrok..masa nggak ngarti?? Hehe” “weladalah..den Ega bisa saja hehe”

“ya udah aku berangkat ya bi, dahh..dahhh...” “iya den ati-ati dijalan ya!!!” “ok bi..pasti itu” terdengar suara motor Kawasaki Ninja 250 cc yang perlahan-lahan mulai menghilang dari pendengaran bi Inah yang sedari tadi terus memandangi kepergian Ega hingga lenyap dari pandangannya. Bi Inah sudah lama bekerja di keluarga ini, sejak Ega masih kecil, ia lah yang merawat dan membesarkan Ega, sedangkan ibu Ega terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya, begitu pula dengan ayahnya yang jarang sekali berada di rumah. Ega sangat sayang sekali dengan bi Inah, ia sudah menganggap bi Inah seperti ibu kandungnya sendiri, dengan bi Inah lah, Ega bisa merasakan kehangatan belaian seorang ibu, dengan bi Inah lah Ega merasa ada yang memperhatikannya, menasehatinya dan membimbingnya. Sedangkan kedua orang tuanya hanya sesekali bertemu dengan Ega, itu pun hanya memberikan uang jatah untuk jajan dan pendidikan Ega. Namun bagi Ega bukan itu yang ia mau, yang Ega butuhkan bukan hanya sekedar materi tapi perhatiaan dan kasih sayang kedua orang tua.

Ega memang tak pernah sekali pun mendapatkan pengetahuan dan ilmu agama secara mendalam, yang ia tahu hanya dasar-dasarnya saja dan itupun hanya ia dapatkan ketika masih duduk di bangku sekolah SD, SMP dan SMA, sedangkan di rumah tidak ada satupun yang membimbingnya untuk mendalami ilmu agama yang ia peroleh di bangku sekolah tersebut, kewajiban dalam agama pun jarang sekali ia laksanakan. Sejak kecil memang bi Inah ingin sekali mengajari Ega sholat dan mengaji, namun bi Inah takut melangkahi wewenang kedua orang tua nya, sehingga bi Inah hanya diam dan terus melakukan ibadahnya sambil berharap jika melihat dan memperhatikan, Ega juga mau ikut melaksanakan ibadah dan berharap kepada Allah SWT untuk memberikan hidayah-Nya dan membuka mata hatinya.

“Selamat pagi pak” sapa Ega ketika mencoba memberanikan diri memasuki ruang kelas yang sudah terlihat penuh sesak dipenuhi mahasiswa yang dengan konsen mengikuti perkuliahan. “selamat siang” dengan penuh ketus pak Panca menjawab salam Ega. “maaf pak, saya terlambat soalnya tadi jalanan macet banget trus...” belum selesai Ega memberikan alasan, langsung dipotong oleh pak Panca yang wajahnya terlihat sangat tidak bersahabat “ahhh..sudahlah..terlalu banyak alasan saudara, silahkan tunggu diluar..!!!” dengan kejamnya pak Panca mengusir Ega yang sudah terlihat berkeringat dingin. “tapi pak..lebih baik datang terlambat daripada tidak masuk sama sekali kan??” tanpa sedikit pun menjawab pembelaan Ega, pak Panca hanya membisu dan menunjukkan jari telunjuk kanannya ke arah pintu.

Dengan langkah yang gontai Ega melangkah menuju kantin kampus yang terlihat ramai dengan mahasiswa yang sedang asyik berbincang dan menyantap setiap hidangan yang dipesan. “bu..cappucino panasnya satu ya” sambil menikmati cappucino panasnya dan sambil menghisap sebatang rokok, ia mencoba menghubungi Angga. Berkali kali ia menelpon, namun tak sedikitpun ada tanda-tanda telpon Ega dijawab. “ahh..sudahlah..pasti dia masih molor..tu anak kan emang nggak pernah bangun pagi, bisa kiamat dunia ini klo dia bangun pagi hehe” bergumam dalam hati Ega jika mengingat kelakukan sobat karibnya itu, sambil sedikit tersenyum tipis kembali ia isap sebatang rokoknya yang sedari tadi ia letakkan disebuah asbak kaca diatas meja makan kantin itu.

Sambil terus bengong dan merasa sedikit kecewa dengan perlakukan pak Panca, Ega mencoba menenangkan emosi dan perasaannya, sesekali dihirupnya nafas dalam-dalam, “ahh..sudahlah..mending pulang aja, lanjutin tidur..dari pada bengong disini...bikin bete” baru saja Ega hendak berdiri dari kursinya, tanpa sengaja dan entah mengapa tiba-tiba matanya mengarah kepada seorang gadis yang bisa membuat Ega tertegun tak berkedip. “hawww...anak mana nehhh??” seperti orang gila, Ega hanya bisa berbicara sendiri, kagum dan merasa heran dengan apa yang baru saja dilihatnya. Ega memang terkenal dikalangan mahasiswi sebagai mahasiswa favorit karena parasnya dan kegagahannya. Bukan sombong atau angkuh, namun bagi Ega mahasiswi yang selama ini banyak mengejar dan ngefans berat dengannya, baginya hanyalah hal biasa dan bahkan Ega tak sedikitpun memiliki perasaan yang sama dengan mahasiswi-mahasiswi tersebut, bagi Ega mereka semua lebay, hanya mencari kesenangan dan hura-hura.

Namun kali ini benar-benar berbeda, Ega tak pernah mengalami hal seperti ini, kagum dan penuh ketakjuban melihat paras gadis itu, seakan-akan tersengat dan terbius pesonanya, Ega pun semakin sulit menjelaskan dengan kata-kata. Jantungnya berdenyut keras, dadanya berasa bergetar hebat “ya Tuhan..inikah Bidadari yang selama ini ku cari?? Tapi bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta padanya, ia terlihat begitu muslimah, santun, lembut, pakaiannya begitu tertutup, bahkan mungkin dalam hidupnya tak pernah mengenal lelaki, sedangkan aku..pengetahuan agama ku begitu dangkal, apa yang terjadi pada ku??”

Masih dalam keadaan heran dengan dirinya sendiri, instingnya sedikit bekerja, segera diambilnya Black Berry (BB) disakunya, dan di fotonya gadis itu dari jauh “pas..perfect”. Ingin sekali Ega mendekati gadis tersebut dan menyapanya, namun segera diurungkan niatnya “ahh..belum saatnya..tapi aku janji pada diri ku sendiri, suatu hari nanti aku pasti akan mengenalnya”.

Bersambung...!!!! ^_^

(Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?? Apakah Ega akan mengenal dan mendapatkan cinta Gadis yang baru saja dilihatnya dan mampu membuat perubahan pada jalan hidunya?? Nantikan kelanjutannya dalam Jilbab berbuah Cinta dan Taubat...(Part II) Salam ^_^

Donny Syach El Shirazy

Sabtu, 10 Maret 2012

Hai Hujan...



Gemericik hujan ini membuka sejuta tabir rahasia...
Rintikannya sedikit menyejukan sebuah luka yang perlahan mulai mengering...
Kesuciannya kan terus mengalir dan terus mengalir..
Membasahi seluruh tubuh yang terduduk kaku disudut dunia...

Aroma tanah yang terpecah dipenjuru sisi..
Membuatku semakin terlarut dalam sebuah lamunan panjang...
Entah kemana arah pikir ini...
Biarkan ia akan terus terbang tinggi kemana pun ia mau..

Sesekali kilat menyilaukan ku..
Menyentak dan menyadarkan ku dari sebuah keindahan...
Keindahan yang ternyata semua itu hanya fatamorgana..
Fatamorgana yang ternyata menyimpan sejuta dusta...

Ingin rasanya ku bangkit dan berdiri...
Melangkah maju dan berlari..dan terus berlari dan menghilang..
Ditelan deras dan kabutnya hujan...
Agar aku mampu lenyap dan tak kan kembali lagi...

Hujan kali ini begitu berarti..
Hujan kali ini begitu dalam ku resapi...
Hujan kali ini memberikan sejuta gambaran...
Gambaran sebuah kenangan yang perlahan mulai memudar...

Hai Hujan....
Teruslah hadir dalam dunia sepi ku..
Agar kau mampu membawa ku keluar dari lingkaran ini..
Dan telan aku dalam gemuruh dan dingin mu...

Terpa aku sekendak hati mu..
Sekeras kerasnya..hai hujan..
Lakukanlah..lakukanlah...

Biarkan gigil ini menyelimuti ku...
Tak usah kau pendamkan rasa kasih mu..
Aku tak mau..dan tak kan pula ku terima..

Satu pinta ku untuk mu hujan...
Disaat ku membuka mata nanti...
Sampaikan salam hangat ku untuk sang mentari pagi...
Bahwa aku...hampir lelah menunggunya..



By : Donny Syach El Shirazy

Bukan Perpisahan Yang Ku Sesali Namun Pertemuan...



Tak pernah ku bayangkan sekali pun kali itu..
Entahlah angin apa yang bisa membawa ku..
Terbang dan melayang di hadapan mu..

Pesona mu membutakan mata ku..
Keindahan mu membuat ku lupa..
Seakan akan aku adalah seorang pengelana..
Yang meilhat air di tumpukan pasir di sebuah gurun..

Bagaikan sekuntum mawar yang merekah..
Yang selalu menarik kumbang untuk menghisapnya..
Namun aku lupa ternyata ada duri disana..

Sudah terlalu lama ku menjalani..
Sudah terlalu banyak waktu yang ku habiskan..
Untuk selalu dan selalu bisa membahagiakan mu..
Namun...semua itu perlahan sirna..

Mengapa baru kali ini terungkap semuanya..
Mengapa baru kali ini aku menyadarinya..
Mengapa dan mengapa..
Selalu saja pertanyaan itu menghantui ku..

Sudah bangunkah aku dari mimpi panjang ku..
Yang hanya selalu dan terlena dan terbuai..
Dari yang namanya sebuah keindahan..

Hahaha...ingin gelak tawa ini ku pancarkan ke seluruh alam..
Agar mereka tau..
Betapa bodohnya aku..

Cinta ku sudah semakin besar begitu pula sayang ku..
Memiliki mu adalah anugerah yang begitu indah ku rasa..
Dan semakin nyata setelah ku pinang engkau dengan Bismillah..

Namun....semua itu hanyalah fatamorgana..
Terlihat nyata...padahal itu adalah maya..

Bukan perpisahan yang ku sesali..
Namun sebuah pertemuan..

Ya Allah..begitu berat jalan hidup yang Engkau berikan..
Masih sanggupkah aku bertahan..
Meniti kembali jalan setapak yang Engkau siapkan..
Untuk menuju Firdaus...yang telah Engkau janjikan..
Bersama tulang rusuk ku..
Yang mungkin telah Engkau gantikan...



By : Donny Syach El Shirazy

Aku...



Aku…
Aku hanyalah seorang pemuda desa…
Yang berusaha mencoba mengadu nasib di negeri orang…
Mungkin aku terasa hina dikalangan orang…
Namun mereka tak tahu…apa yang ku punya untuk cinta…

Aku hanya seorang pegawai biasa…
Gaji ku pas-pas an dan mungkin tak mampu menjadi seperti yang kau mau…
Tapi tau kah engkau…ada cinta dihati ku yang tak pernah kau rasakan hebatnya…

Aku tak pernah ingin menyakiti dan tak ingin sekali pun disakiti…
Cinta….apakah kau masih sayang kepada ku…
Apakah engkau masih ingin hidup dengan ku…

Lalu mengapa masih banyak dilema dan rahasia yang tertanam di hati mu…
Mengapa kau kunci rapat-rapat hingga…aku ya aku sebagai pangeran mu…
Tak boleh sedikit pun tahu tentang itu…

Mengapa luka ini…mengapa luka ini…teruuuussssss saja tercipta…
Mau sampai kapan aku harus menahan…bersabar…akan semua kedustaan ini…
Lalu?dimana kah perasaan mu terhadap ku…
Mengapa masih saja kau coba bohongi aku…kau dustai aku…
Mengapa?mengapa?

Apakah perkatakaan ku…janji-janji ku…dan kepulangan ku di awal februari….
Tak meninggalkan apa pun sedikit makna di hati mu…
Lalu mengapa masih saja kau simpan rahasia di hati mu…
Dan mengapa kau katakan tidak tapi hati mu mengatakan iya…

Aku semakin tak mengerti dengan semua ini…
Apa salah dan dosa ku…
Apakah segala pengorbanan ini…tak sedikit pun bermakna di mata mu…

Kecurigaan ku…saat kehadiran ku disisi mu di februari itu ternyata beralasan…
Kau masih berubah terhadap ku…dan ternyata itu nyata adanya…
Sayang…kata kan pada ku…harus bagaimana lagi…aku dapat membuat mu…
Untuk…tak lagi menyakiti ku…katakan sayang…katakan…

Masih tega kah engkau mendustai ku???
Masih tega kah engkau membuat luka baru di hati ku???
Jujur…aku semakin takut untuk pergi lagi…
Aku takut kecurigaan ku ini akan terus dan terus menjadi nyata…

Ku harap suatu saat nanti…
Ada sebuah pelajaran yang berarti buat hidup mu…hingga kau dapat berubah seutuhnya…
Atau apakah harus kubalas semua ini…
Hingga kau dapat merasakan betapa bermakna arti hadir ku…

Namun bila kau tak mampu menjadi diri mu yang ku kenal dulu…
Ku mohon jangan tangisi…
Bila sebuah peti mati diri ku datang ke hadapan mu…



By : Donny Syach El Shirazy

Aku Ikhlas...



Saat kembali butiran gerimis menerpa bumi
mengabaikan sinar sang purnama..
Yang sebenarnya ia sangat ingin menebarkan senyumnya
Serigala malam pun enggan melolongkan suaranya

Malam ini begitu sunyi..
Sesunyi hati sang pujangga..
Yang merundikan mawar merekah di esok hari...

Ahh...sudahlah..
Mungkin ini sudah menjadi jalan ku..
Jikalah memang badai ini menerpa..
Apalah daya tangan yang rapuh ini..

Aku tak tahu..apakah ini cobaan atau kah teguran..
Hati dan perasaan ini terus memerah
Memerah karena darah yang terus mengalir dan terus mengalir..

Jalan cinta memang terkadang terjal
Masih mampukah ku daki...atau ku turuni..

Birakanlah aku disini..
Akan kulewati jalan setapak yang sunyi dan kelam ini..
Pabila ku terperosok ke dalam jurang dalam itu..
Ku mohon pada Mu jagalah ia..sayangi ia..

Disetiap sujud aq meminta..
Aku hanya ingin cinta yang diridhoi..
Di mata dunia dan di mata akherat..

Tuhan sayangi aku..
Aku Ikhlas...

Cintailah aku..
Bukankah aku juga hamba Mu..

Jikalah ini terbaik untuk ku dan untuk nya..
Aku Ikhlas...



By : Donny Syach El Shirazy

Perih...



Cinta terindah…
Adalah cinta yang dapat dikatakan oleh bibir hati…
Bukan hanya sekedar pemanis kata yang terucap dari mulut itu…

Jikalah dada ini bergetar saat kau ucapkan cinta
Aku yakinin bahwa cinta itu tulus dari hati mu…
Namun jika dada ini hanya membisu…
Aku pun sulit mengungkapkan bagaimana perasaan ini…

Aku sadar akan semua kekurangan pada diri ku…
Dan…aku yakin kau pun akui itu…
Aku sadar tak bisa menemani mu saat kau rindu…
Aku pun sadar sedalam dalamnya sadar…
Tak bisa berada disisimu saat kau butuhkan aku…

Ku slalu mohon kau dapat pahami aku…
Kebahagian memang ada kalanya tak harus slalu dapat bersama
Bukan kah keceriaan cinta tak harus tergambar dalam genggaman tangan???

Kepergian ku bukan lah untuk selamanya…
Ku kepak kan sayap rapuh ini untuk pergi jauh dari mu…
Hanya semata mengejar impian yang dulu fatamorgana namun kini terlihat nyata…

Berkali kali ku lihat rintikan embun mata mu…
Slalu coba ku usap agar ia tak jadi embun yang menjadi sia-sia belaka…
Tangan kasar dan kotor ini tak kan pernah lelah untuk memeluk mu…

Kasih….
Kepergian ini memiliki berjuta makna jika kau mau merenungkannya…
Namun…satu hal yang slalu ku pinta diri mu…
Jangan kau goreskan luka pada batin ini…

Cukup sudah atas semua luka yang sangat perih ku derita…
Jangan lah kau basahkan luka yang kini perlahan mulai mengering…
Jika ada hal yang membuat mu berucap ku tak mengerti…
Dengan kebimbangan ku katakan apakah itu??

Aku slalu memberikan apa yang kau pinta…
Aku slalu mencoba memahami dan mengerti dirimu seutuhnya…
Masihkah kau anggap diri ku bermakna di mata mu???
Jangan jadikan serpihan perih ini harus ku bawa mati…

Ku tak ingin lingkaran emas yang ku pasang di jari manis mu…
Hanya menjadi sebuah cerita perih yang terkubur dan tak kan tergali lagi…
Aku tak mampu menjalani sebuah jembatan kenangan…
Mungkin ku akan terjerambat dan terjatuh hingga tak mampu bangkit kembali…

Namun jika semua ketakutan ini terjadi lagi pada ku…
Mungkin nama ini hanya mampu terpahat di batu nisan yang usang…
Kasih masih ingat kah engkau akan janji dan sumpah setia kita???
Masih ingatkah engkau akan semua cerita cinta kita???
Jangan jadikan ini semua hanya tersapu angin bersama dedaunan kering…

Dengarlah sumpah ku…
Kan kujaga diri mu…ku lindungi hati ini hanya untuk mu…
Dan ku pertahankan engkau dari sejuta makhluk yang ingin merebut mu dari ku…
Hingga tetes terakhir darah merah ini…
Nanti kan aku...ku akan datang untuk menjemput mu…



By : Donny Syach El Shirazy

Papa dan Mama...



Setiap ku lihat kerutan di wajah mu selalu saja membuat air mata ku berderai..
Tak mampu ku tahan setiap tetesan air mata ini..
Tak kuasa pula ku redam rasa sedih ini..

Pah..Mah...
Sepintas tersirat kenangan aku masih kecil dulu..
Yang selalu bermanja dan menangis atas semua mau ku..
Yang tak pernah pusing akan keluh kesah mu..

Aku yang nakal...aku yang bandel..aku yang selalu merepotkan mu..
Sedangkan tangis mu..resah mu..ketabahan mu..
Tak pernah sedikit pun aku mau mendengarnya..

Pah...Mah...
Masih ku ingat semua pengorbanan mu..
Betapa kerasnya diri mu dalam mencari rezeki demi kelanjutan pendidikan ku..
Siang malam tak hentinya kau lakukan itu..

Saat kau terbaring sakit..namun tetap saja kau selalu memikirkan kami..
Aku..kakak ku..dan adik-adik ku..
Sedangkan aku..aku hanya sibuk dengan dunia ku..
Aku hanya sibuk dengan segala urusan ku...

Pah..Mah...
Kasih sayang mu begitu tulus untuk ku..
Mama..kau yang lahirkan aku..kau juga yang merawat ku hingga kini ku dewasa...
Papa..yang tak pernah lelah bekerja keras..membanting tulang untuk kehidupan ku..
Kelembutan mu..rasa kasih mu..ketulusan mu..semua ikhlas untuk ku..

Aku terlalu sering mengecewakan mu..
Menyakiti mu..melukai mu..terlalu menuntut ini..itu..
Namun apa yang engkau lakukan untuk ku???
Tak sedikit pun engkau membenci ku..
Engkau tetap mencintai ku..engkau tetap tulus membimbing ku..

Disetiap doa mu tetap kau sebut nama ku..
Selalu berharap atas semua kebaikan dan keberhasilan ku..
Ya Allah..betapa durhakanya diri ku..
Ampuni segala khilaf dan dosa ku...

Pah...Mah...
Aku mampu berdiri sendiri sekarang..aku mampu berpijak di dunia ini..
Ini semua atas pengorbanan mu..kerja keras mu..dan seluruh usaha mu..

Kini..badan yang dulu kekar dan anggun itu..sudah membungkuk..
Rambut yang dulu hitam kini perlahan mulai memutih..
Kulit yang dulu kencang kini perlahan mengerut..
Suara yang dulu lantang kini perlahan mulai melemah..

Ingin sekali ku peluk mereka berdua..
Kucium tangan dan kening mereka..
Dan ku basuh kaki dan ku minum airnya..

Ya Allah...jagalah mereka berdua..lindungi mereka..
Aku tak mau mereka berdua sedih di hari tuanya..
Aku hanya ingin mereka bahagia dan bangga terhadap ku..

Pah..Mah..
Terima kasih atas semuanya..
Aku tak tahu apakah semua usaha ku ini dapat membalas semua jerih payah mu..
Engkau begitu berarti dalam kehidupan ku..
Pah..Mah...Aku sayang kalian..
Sampai kapan pun..kalian tetap nomor satu di hati ku..

By : Donny Syach El Shirazy

Hutan Taman Wisata Alam Sorong...Kembali Menggegerkan Ku...Part II



“Ya Allah ada apa lagi malam ini...mengapa saja aq harus berhadapan dengan hal-hal yang selalu saja penuh misteri seperti ini..sedangkan Engkau tahu..aq orangnya penakut, berikan pertolongan dan perlindungan Mu Ya Allah..lindungi kami semua dari kejahilan dan godaan setan yang terkutuk...Audzubillahiminassaitonirodzim...”

Lalu beberapa saat kemudian terdengar suara....“brakkkkkk.......” seperti suara orang yang terjatuh....“apa itu???” “kak....Chia...pingsannn....” sambil bertatapan dengan Echan, Ammar dan Broery..........“Audzubillahiminassaitonirodzim....Bismillahirahmanirahhim.....Hasbunallah wa ni’ mal wakil....sepertinya petualangan misteri ku malam ini dimulai lagi....”

Segera ku hampiri Chia yang tiba-tiba tak sadarkan diri, ku perintahkan adek-adek perempuan untuk memberikan aroma minyak kayu putih pada hidung Chia dan mencoba membangunkannya, namun beberapa menit aq dan anak-anak coba membangunkan Chia..tiba-tiba...ia memberontak..menendang kesana kemari..dan berteriak sekeras-kerasnya...”aaaaarrrrggggghhhhhhhh” dengan penuh emosi dan amarah ia bangkit dan duduk dengan kedua kakinya yang ia selonjorkan kedepan, dengan mata yang besar dan memerah serta menatap kami satu persatu dengan pandangan yang tajam...lalu ia berkata “mau apa kalian kesini???”

Kembali ia memberontak...sedangkan kami dengan sekuat tenaga untuk menahannya dan memegang kedua kaki dan tangannya, namun rasanya tenaga kami tak ada apa-apanya dengan kekuatan yang saat ini berada dalam diri Chia.

“hihihihihihihihihiihi.....” kemudian tertawa itu pun mulai berkumandang dari mulutnya, sontak saja anak-anak yang lain merasa ketakutan...begitu pula dengan diri ku..karena memang pada dasarnya aq adalah seorang yang penakut. Namun aq mulai teringat perkataan sahabat lama ku...Aris..ia mengatakan “don..manusia adalah makhluk yang paling mulia dibanding semua makhluk ciptaan Allah..kita lebih mulia dari pada malaikat dan jin/iblis/setan...makanya malaikat pun sujud untuk memberikan penghormatan kepada Nabi Adam, sedangkan Iblis tidak mau..jika kita takut dengan iblis..mereka akan tertawa bahagia..namun jika kita berani dan melawannya..maka mereka akan takut..bukankah iblis/setan adalah nyata musuh kita”

Terbesit keberanian ku untuk menghadapinya, disaat suasana yang begitu mencekam, suhu dingin yang terus menyelimuti kami dan teriakan serta gelak tawa Chia yang terus membahana membelah kesunyian malam di tengah sebuah hutan belantara semakin membuat kami berada di tengah keragu-raguan untuk menghadapinya ataukah hanya terdiam dan terus diliputi rasa ketakutan.

Terus dan terus berdzikir..memohon pertolongan Sang Pemilik dan Penguasa Makhluk, ku lihat Echan mendekati Chia dan membentaknya “heiiii...kamu siapa??? Mengganggu saja..keluar...!!!!” “hihihihihihihi...aaarrrggghhhhh...kamu yang ganggu aq..bikin apa kalian kesini..bikin keributan saja..hihihihihihihi..bikin kotor tempat ku..” “kami kesini tidak bikin kotor..justru kami kesini mau kasi bersih tempat mu” “argghhhhh....bohong....pulang kalian..klo tidak saya ganggu kalian malam ini...hihihihihihihi...”

Ku bacakan ayat kursi dan ku tiupkan ke wajah Chia...”panasssss.....panas......ahhhh...hentikan....” sambil memberontak dan mata yang sedari tadi terus melotot memandang ku...”hentikan...siapa kamu??? Hihihihihihihi...” tertawa itu kembali membahana dipendengaran kami,  ku lihat Ammar memulai keberaniannya dan berbicara, “ehhh setan..siapa kamu????” “aq....hihihihihihi..untuk apa kamu mau tau???” “sudah jawab saja...” ku lihat Ammar berkomat-kamit...”ahhhh...panas...iya...iyaa...aq jawab” memang saat kejadian itu..makhluk yang menghuni jiwa Chia..menyebutkan namanya, namun sayangnya aq lupa namanya, “aq anak SMA..aq mati di perkosa disini..di bawah shelter ini lah aq tinggal...hihihihiihihi” mendengar hal itu..jelaslah kami sontak terkaget..serasa masih merasa tidak percaya dengan pernyataannya..sudah lama aq camping di hutan ini...baru kali ini aq tau ternyata pernah terjadi perkosaan disini.

Kembali Chia meronta..menendang..berteriak..dan menangis...tiba-tiba HP ku berdering, langsung ku tarik dari saku jeans ku, “hah...Iyan..ada apa abang ku malam-malam begini menelpon ku...apa dia juga merasakan hal yang tidak beres yang saat ini ku alami???” setelah melakukan pembicaran singkat, abangku menyuruh ku meletakkan HP ini ke telinga Chia...seketika itu “aaahhhhhhhhh....panas...ampun....ampun...sudahhh....” entahlah apa yang dibaca abang ku..hingga membuat Chia begitu menjerit.

Tak lama..Chia pun langsung tergeletak tak sadarkan diri, suasana pun kembali hening..ku lihat jam tangan ku sudah menunjukkan pukul setengah 4 pagi, sambil terus berusaha menyadarkan Chia..dan terus menepuk-nepuk pipinya...dan Alhamdulillah Chia pun tersadar juga. Aq berharap dengan sadarnya Chia..semua sudah berakhir dan menyongsong pagi yang begitu indah..dan sejuknya embun pagi serta merdunya kicauan burung yang kan menari-nari di setiap dahan pohon merbau dan agathis di hutan ini...namun tiba-tiba lamunan ku terkagetkan dengan suara teriakan....”ahhhhhh...suruh dia pergi..aq takut...cepat suruh dia pergi...!!!” ahh sial ternyata Chia lagi yang berteriak ketakutan, namun kali ini ia dalam kondisi sadar..entahlah kelihatannya ia melihat hal-hal yang aneh. Ku diamkan saja ia terus berteriak...sembari ku terus berdzikir agar kami dilindungi dari godaan setan yang terkutuk.

“aq takuttttt....ihhhh...dia datang..dia datang...mukanya merah penuh darah...” “ada suanggi....” terus saja ku dengarkan Chia meronta ketakutan, perasaan dan hati ku memang sedikit kesal dengan Chia..sudah berapa kali dibilang nggak usah ikut, tapi selalu saja memaksakan diri untuk ikut. Baru saja hendak ku bentak dan ku suruh diam..lalu Broery mencoba menahan ku..”sudah kak biarkan saja..nanti klo dia capek dia akan diam sendiri kok” “ya sudahlah boer...aq ikutin pendapat mu” ku biarkan saja ia meronta ketakutan..aq juga sudah merasa malas, selain itu badan ku terasa lelah sedari tadi harus berusaha menenangkannya ketika ia kesurupan, apalagi sekarang ku tahu bahwa ia dalam keadaan sadar.

Memang benar apa yang diucapkan Boery..akhirnya Chia pun terdiam sendiri dan tertidur. Ku rasakan begitu penat dan lelahnya badan ini, belum sempat sekali pun ku rebahkan badan ini di lantai Shelter, ku panggil Ammar untuk ku suruh memijat pundak ku. Disela waktu Ammar pun membisiki ku “kak tu si setan tadi yang masuk ke dalam tubuh Chia..ada memutari Shelter kita, dia mau masuk ke dalam shelter ini tapi nggak bisa hehe” “husss...sudahlah mar..kan dah ku bilang..klo kamu melihat..tolong jangan di ucapkan..cukup kamu saja yang tahu ok???”

Akhirnya aq pun tidak sadarkan diri lagi...dan entahlah kemana ruh ku saat itu berkelana dalam mengarungi dunia mimpi...hingga aq tersadar ternyata khayalan ku semalam mengenai indahnya pagi di hutan ini menjadi kenyataan....

T A M A T

Hutan Taman Wisata Alam Sorong...Kembali Menggegerkan Ku...Part I



Seingat ku kejadian ini terjadi sekitar tahun 2008, tapi untuk bulan atau tanggal, wahhh asli aq lupa banget. Trus kenapa peristiwa Saoka yang terjadi tahun 2006 yang justru terjadi lebih lama, aq malah ingat sekali setiap detik peristiwa itu??? Ya memang peristiwa itu cukup membuat ku trauma karena terjadi untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup ku. Lantas bagaimana dengan peristiwa yang akan aq ceritakan ini?? Peristiwa ini juga cukup menggegerkan ku juga, trauma seh tidak..mungkin karena aq sudah mengalami peristiwa yang penuh misteri sehingga sudah memiliki bekal pengalaman sedikit dalam menghadapinya.

Peristiwa tak jauh berbeda dari kisah Saoka, semua seputar camping ku dengan Papala SMA N 3 dan hanya lokasinya saja yang membedakan. Mengapa selalu Papala SMA N 3 Sorong? Aq juga membina di Papala SMK N 1 Sorong, namun setiap camping dengan mereka tak pernah ku jumpai hal-hal yang aneh, namun mengapa dengan Papala SMA N 3 selalu saja aq dibawa dalam sebuah cerita panjang yang penuh misteri. Kisah ini berawal ketika aq baru saja sampai di pintu gerbang masuk TWA (Taman Wisata Alam) Sorong KM.14 pukul 21:00 dan anak-anak Papala semua sudah berkumpul dan berada di lokasi perkemahan sejak sore hari tadi.

Aq memang datangnya agak terlambat, bukan karena saat itu malam minggu sehingga kalian mengira aq ngedate, bagi ku tidak ada malam yang istimewa, semua malam adalah sama, dan aq pun tak mengenal malam minggu, tapi memang setiap malam minggu adalah waktu rutinitas ku untuk mencuci pakaian ku, alasannya seh sederhana hanya agar hari minggu aq bisa istirahat dan malas-malasan di kamar mess ku.

Ketika aq baru saja hendak masuk kawasan hutan tersebut, ku lihat keadaan yang cukup gelap sekali, sedangkan dari pintu gerbang hingga menuju lokasi perkemahan lumayan jauh, karena pada dasarnya aq memang orangnya penakut sehingga ku telpon orang-orang kepercayaan ku untuk menjemput ku dan menemani ku hingga sampai di lokasi perkemahan. Tak lama Ammar, Echan dan Hendra pun datang, sedangkan Broery tetap berada di lokasi perkemahan untuk menjaga dan mengatur adek-adek juniornya.

Namun aneh sekali ku rasa kedatangan mereka untuk menjemput ku, wajah mereka seperti tidak biasanya ku lihat, mereka seperti tergopoh-gopoh, mimik wajahnya pun seperti penuh kecemasan, langsung saja ku tanya “ada apa?? Kok kalian seperti orang yang ketakutan gitu?” “kakak harus kita jaga, kk harus kita dampingi sampai semuanya terasa aman” “heiiii....ada apa ini???” aq semakin bingung dan tidak mengerti, ada apa dengan diri ku...ada ancaman apa yang sedang mengintai diri ku sehingga anak-anak ini yang setahu ku memang memiliki kelebihan dari manusia biasa seperti diri ku dengan penuh keseriusan untuk menjaga ku. “kak...penghuni di hutan ini ingin mencoba kk, mereka ingin mengajak kk beradu ilmu dengannya” “apa???? Nggak salah denger ni aq??” selama ini aq tidak pernah mengenal hal-hal begitu dalam kamus hidup ku, apalagi punya pegangan ilmu penjaga diri atau apalah...aq hanya punya ilmu agama itu saja yang ku pelajari sejak usia 5 tahun.

Rasa bingung dan heran terus membahana dalam otak dan hati ku, ada apa ini??? Ku amati perlahan-lahan seluruh tubuh ku...dan...”ohhhh apakah cincin ini???” Ya...4 bulan lalu ketika aq pulang cuti ke Samarinda, aq sempat diberi sebuah cincin putih bermata kayu kukah, berwarna hitam dan apabila dibakar maka kayu ini akan mengeluarkan minyak yang begitu harum baunya, dan apabila direndam di air makanya airnya akan berminyak dan berbaum harum pula. Kata ayah ku cincin ini diberikan oleh Datuk ku, namun karena aq jauh dari orang tua dan keluarga dan aq hanya tinggal sebatang kara selama masa perantauan ku di kota Sorong, maka ayah ku merasa perlu untuk memberikan cincin ini. Kala itu aq tidak begitu bertanya banyak tentang arti dan makna apa yang terkandung dalam cincin ini, setelah diberi ya langsung saja ku terima dan ku kenakan pada jari tengah tangan kanan ku.

Cuma yang ku ingat..waktu sepupu ku yang masih kecil bernama Landa, ketika tengah malam tiba-tiba menangis keras, seperti ketakutan dan melihat sesuatu, kemudian oleh abang ku direndamnya tasbihnya yang terbuat dari kayu kukah dan kemudian air itu diminumkannya ke Landa, dan Alhamdulillah Landa pun berhenti menangis dan tidur dengan pulasnya, mmmm...I don’t know...percaya nggak percaya tapi begitulah fakta yang ku lihat.

“ahhh...sudahlah..aq maju saja..aq tahu..Allah tidak tidur Dia selalu memberikan bantuan dan pertolongannya kepada setiap hamba yang memohon kepada-Nya...Bismillahirahmanirrahim...Hasbunallah wa ni’ mal wakil..” aq pun memacu sepeda motor ku dan terus melaju menembus kelam dan pekatnya malam dan dinginnya suhu di sebuah hutan belantara ini. Dalam perjalanan menuju lokasi perkemahan, ku sempatkan diri bertanya kepada Echan...”apa yang kau lihat chan??” “mereka mengawasi kita kak, mereka terus melihat kita...tak henti-hentinya mereka mengikuti kita” “astaghfirullah...Ya Allah aq mohon perlindungan Mu” setelah melewati jalan yang begitu berbatu dan berlubang akhirnya kami pun sampai di lokasi perkemahan, sudah banyak terparkir sepeda motor di halaman parkir yang tak jauh dari lokasi anak-anak bermukim di atas sebuah Shelter.

Dalam TWA ini memang terdapat sebuah Shelter yang cukup besar, setinggi 1,5 meter dari permukaan tanah, beratap seng yang sudah cukup kropos sehingga jika hujan maka akan ada bagian dari shelter ini yang basah karena air hujan, bangunan ini dibangun tanpa dinding sehingga hanya ada tiang penopang saja, shelter ini difungsikan sebagai tempat peristirahatan pengunjung yang sudah kelelahan mengelilingi kawasan ini. Ku lihat Broery sedang asyik mengisi materi dimalam itu, ditengah terangnya cahaya lampu yang sudah terpasang dengan menggunakan tenaga genset.

Dari halaman parkir sebelum menuju shelter, kami harus melewati jembatan yang sudah cukup rapuh, dimana dibawahnya terdapat aliran sungai yang sangat dangkal. Ketika ku pasang standar motor ku dan ku matikan mesinnya, aq langsung dirangkul oleh Echan, saat itu aq merasa seperti seorang artis kelas dunia saja yang mendapat pengawalan ketat dari petugas pengamanan dari tindakan para fans-fans berat yang selalu memburu ku.

Aq tahu..bahwa banyak sekali makhluk yang mengikuti aq..dan tak berani sedikit pun kutanyakan kepada Echan siapa saja yang sekarang berada di sisi ku, namun ya begitulah yang namanya Echan, tetap saja ia membisiki ku tentang apa saja yang dilihatnya. “kak dijembatan ini ada perempuan berbaju putih, berambut panjang terurai dan kusut sekali, matanya merah dan tajam melihat kita” aq pun hanya diam saja sambil terus berdzikir. “nah kak sekarang ini ada sosok yang begitu besar, bertanduk, wajahnya merah penuh dengan darah” sekali lagi aq hanya diam dan terus berdzikir.

Akhirnya aq pun sampai juga di shelter tersebut, suara riuh tepuk tangan menyambut ku, ahh...aq seperti bintang tamu yang sedari tadi ditunggu-tunggu, dan Broery langsung menyalami ku, “selamat datang kak, mereka sudah menunggu kakak dari tadi” “trims brur..” suasana disini terlihat penuh keceriaan dan tak ada sedikit pun rasa cemas dan takut yang kulihat dari setiap wajah anak-anak Papala ini. Aq pun menunjukkan wajah yang sangat ceria..aq tak mau memperlihatkan ketakutan ku..dan sepertinya mereka pun tidak tahu tentang peristiwa apa yang baru ku alami. Aq tak mau mereka semua menjadi cemas kemudian panik sehingga menimbulkan kekisruhan seperti yang terjadi di Saoka tahun 2006 silam.

Sesaat ku menunggu waktu memberikan arahan dan materi, dan kulihat...”ahhh..Chia..kenapa dia ada disini, kenapa dia ikut lagi..ahh sial..dia itu kan lemah bulu..nanti akan...ahhh....sudahlah..sudah terlanjur..dia sudah ada disini..percuma juga bila menyuruhnya pulang..justru aq akan menjadi tidak enak hati dengannya”. Ku panggil Ammar yang sedari tadi sedang berdiri tak jauh dari posisi ku “mar...” “iya kak” “come here..!!!” “ada apa kak??” “kenapa kalian ajak Chia ikut camping, nanti kan dia???” “kak..kami sudah melarangnya untuk ikut..tapi ya gitu dehhh..dia tetap memaksa ikut..kami juga jadi nggak enak hati..jadinya ya sudah..dia pun ikut kak” “ aduhhh mar...bukan apa-apa seh..aq nggak mau kejadian di Saoka itu terulang lagi, kamu kan tahu sendiri..Chia itu seperti apa orangnya...dia lemah bulu” sambil tertunduk..Ammar pun tak bisa menjawab lagi setiap pertanyaan ku. Tak lama kemudian Broery mempersilahkan ku untuk memberikan materi.

Setelah 2 jam aq memberikan materi, ku lihat jam tangan ku sudah menunjukkan pukul 23:00, sepertinya anak-anak terlihat sudah mengantuk, karena memang kondisinya malam itu begitu dingin. Setelah ku tutup penyampaian ku, kemudian ku persilahkan anak-anak untuk melakukan aktivitasnya masing-masing dan ingat sampai jam 24:00 semua wajib sudah tidur semua. Dan anak-anak pun memulai aktivitasnya masing-masing, ada yang ingin pipis dan macam-macam lah dan tentunya semua aktivitas mereka dalam kendali dan pemantauan ku. Dan tentulah aq tidak segan-segan menegur apabila aq melihat atau mendapatkan anak-anak papala mojok atau berpacaran, walaupun aq tahu banyak sekali di shelter ini yang memiliki pasangan dan ikut sama-sama dalam camping ini. Hati kecil ku tertawa tipis setelah aq memberi peringatan keras itu kepada mereka, hehehe aq merasa kaya nggak pernah muda saja, tapi biar bagaimanapun saat ini posisi ku adalah seorang pembina, panutan mereka, aq harus bersikap bijaksana, tegas, bertanggungjawab, sehingga mereka dapat belajar banyak dalam memimpin...dan tentunya aq berharap jika mereka dewasa kelak..mereka menjadi orang yang dapat dibanggakan.

Ku kumpulkan orang terdekat ku dan para senior lain, ku beri mereka arahan untuk malam ini membuat regu jaga, “kita bagi sib untuk berjaga kalau-kalau ada hal-hal yang tidak diinginkan, baik itu nyata maupun tidak nyata”. Setelah mereka semua paham dan mengerti maka mereka pun langsung melaksanakan tugasnya masing-masing. Ada yang berjaga di parkiran motor, ada yang berkeliling lokasi perkemahan dan ada pula yang menemaniku di shelter sambil berbincang-bincang dengan ku hingga tengah malam menjelang dan kondisi suhu semakin dingin.

Terus kuperhatikan sekeliling ku, ku lihat adek-adek junior tertidur dengan pulasnya, sambil meminum kopi dan bermain gaplek (kartu Domino) bersama dengan Echan, Ammar, Broery dan terus terdengar suara bising raungan mesin genset yang sedari senja tadi terus memacu tenaganya untuk dapat memberikan penerangan kepada kami hingga sang fajar menjelang..dan tentunya stok cadangan bensin kami pun tetap tersedia.

Ketika waktu sudah memasuki pukul 01.30 dini hari, tiba-tiba lampu kami mati dan suara bising genset pun mulai melemah dan sunyi kembali. Ku perintahkan salah satu senior untuk mengecek gensetnya apakah bensinnya sudah habis..jika habis segera diisi agar tidak mengganggu aktivitas kita malam ini. “kak bensinnya masih banyak kok, tadi sudah sempat diisi lagi, lagian juga genset ini termasuk hemat minyak kok” “oh ya??? Coba cek businya...!!!” setelah beberapa menit “kak..businya masih bagus kok” “loh kok??? Aneh seh?? Aq langsung turun dari shelter dengan penuh penasaran ku coba menarik pelatuk genset tersebut..hingga berkali-kali dan akhirnya aq pun menyerah sedangkan keringat sudah bercucuran dan membasahi wajah dan badan ku...”gantiian dek, dahh nggak kuat kk” jrenggg...jrekk...jrekkk..jrekkk...jrenggg...jrekkk..jrekkkk..jrekkk...”kak nggak bisa”

Aq langsung naik kembali ke shelter, sambil mengusap keringat ku, ku lihat anak-anak pada bangun semua dari tidurnya, mungkin kaget karena melihat keadaan yang gelap dan berisiknya suara genset yang sedari tadi coba dihidupkan kembali namun tak bisa. Ku lihat Echan hanya tersenyum saja..sehingga memancing ku untuk bertanya..”ehhh...kk kecapean gini kamu malah tesenyum saja..bukannya dibantuin juga”.. sambil menjewer kupingnya. “kak..percumalah dihidupin..sampai tangan putus juga..nggak bakalan hidup tu genset” “nahhh...lohhh...kenapa emangnya???” “lha sedari tadi tu genset ditahan ma tu perempuan...” “Astaghfirullah...jangan becanda loe chan...!!!” ku lihat Ammar...ia hanya menganggukkan kepalanya. “maksud mu...??? kunti...???” “siapa lagi klo bukan dia kak”

“Ya Allah ada apa lagi malam ini...mengapa saja aq harus berhadapan dengan hal-hal yang selalu saja penuh misteri seperti ini..sedangkan Engkau tahu..aq orangnya penakut, berikan pertolongan dan perlindungan Mu Ya Allah..lindungi kami semua dari kejahilan dan godaan setan yang terkutuk...Audzubillahiminassaitonirodzim...”

Lalu beberapa saat kemudian terdengar suara....“brakkkkkk.......” seperti suara orang yang terjatuh....“apa itu???” “kak....Chia...pingsannn....” sambil bertatapan dengan Echan, Ammar dan Broery..........“Audzubillahiminassaitonirodzim....Bismillahirahmanirahhim.....Hasbunallah wa ni’ mal wakil....sepertinya petualangan misteri ku malam ini dimulai lagi....”

Bersambung......

Bagaimana kelanjutan ceritanya?? silahkan baca Hutan Taman Wisata Alam Sorong...Kembali Menggegerkan Ku...Part II