Beberapa anak mengalami kesulitan dalam menghidupkan motornya, aq sempat berpikir mungkin karena hanya mesin motor mengalami dingin setelah semalaman terguyur hujan, dan hanya itu yang aq pikirkan dan tidak mau berspekulasi yang aneh-aneh lagi, karena bagi ku semua sudah berakhir, dan saatnya pulang mandi, makan dan tidur dan melupakan semuanya.
Saat aq sudah sampai di mess ku, ya saat itu aq tinggal di sebuah mess pegawai kantor yang memang diperuntukan untuk pegawai-pegawai yang masih bujang. Mess ku termasuk bangunan yang sudah cukup tua, sejak dibangun sejak aq sendiri belum lahir yaitu tahun 1982, bangunan ini belum sama sekali mengalami rehab atau perbaikan, sehingga sudah banyak ditemukan bagian atau sisi bangunan ini yang kropos. Di depan mess ku ini terdapat pohon belimbing yang sepertinya sudah cukup lama berdiri dan hidup. Disekitar mess ku bagian belakangnya masih banyak dipenuhi pepohonan, sehingga klo malam sering terlihat menyeramkan, namun bagi ku itu hanya ilusi..dan aq tidak mau lama-lama terlarut dalam ilusi dan imajinasi ku sendiri.
Saat malam tiba, mengapa bayangan mengenai kejadian yang baru saja ku alami tak mau hilang dalam otak ku, terus terlintas, masih terdengar rasanya ditelinga ku erangan tertawa, tangisan, nada kebencian dan hiruk pikuknya kegalauan kala itu, semalaman susah sekali ku pejamkan mata ini, hanya bolak-balik badan ini di atas ranjang ku, yang merupakan warisan dari senior ku yang sudah pindah tugas ke Ambon. Ku matikan lampu kamar ku, ku matikan TV ku, ku matikan musik ku yang sedari tadi ku dengar, namun tetap saja rasanya mata ini tak mau diajak kompromi, selalu saja ingin terbuka, perasaan selalu saja diliputi rasa gelisah yang berkepanjangan.
Klik..klik..klik..ku lihat jam dinding ku ternyata sudah menunjukan pukul 3 pagi, ahhh..kenapa mata ini...mana rasa ngantuk yang ku tunggu sedari tadi tak mau kunjung datang menghampiri ku, terkadang bulu kuduk ku berdiri lalu rebah kembali, Astagfirullah..apalagi ini, aq merasa ada sosok yang terus memperhatikan ku dan terus mengawasi ku. Langsung kubaca Ayat Kursi dan Ayat 4 (Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas) ku sapu kedua telapak tangan ku ke wajah dan sekujur tubuh dan ku tiupkan ke seluruh isi kamar ku, ku nyalakan laptop ku dan ku mainkan pemutar musiknya, namun bukan lagu-lagu yang sedang ngetrend kala itu yang kudengar namun murrothal (pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an) yang ku dengar, dengan maksud memberikan kedamaian hati, dan bener saja akhirnya aq pun dapat tertidur dengan pulasnya sebagai pembalasan dendam, karena malam sebelumnya aq tak bisa tidur karena harus berjibaku melawan kepanikan di pantai Saoka.
Keesokan harinya, semua berjalan seperti biasanya, aq bekerja dan kuliah seperti aktivitas rutin yang ku lalui hari demi hari. Namun setelah matahari terbenam di ufuk barat, dan hari pun mulai beranjak gelap, mengapa rasa ketakutan itu mulai kembali lagi menghantui ku, Ya Allah apalagi ini. Tak lama rasa ketakutan itu menghantui ku, terdengar suara motor masuk ke pelataran halaman ku, ku lihat ohhh ternyata Ammar dan Broery. Mungkin sebelumnya aq sudah memperkenalkan siapa Ammar namun siapa Broery?? Ya..ia adalah merupakan senior di Papala SMA N 3 Sorong dan merupakan salah satu tangan kanan ku dan orang kepercayaan ku juga. Pada saat kejadian di Saoka, ia pun banyak memberikan andil dalam upaya menenangkan anak-anak kala itu. Ia berbeda keyakinan dengan ku, justru itu aq memerintahkannya mengurus dan memimpin doa buat anak-anak yang beragama kristiani ketika kami diporak-porandakan di Saoka.
“kak..kacau ini...semua anak-anak setelah pulang camping kemaren semua tidak ada yang bisa tidur, semua merasa diusilin..semua terganggu, bahkan ada yang melihat yang aneh-aneh saat mereka di rumah” “Astaghfirullah..iya kah..???” mengapa cerita Ammar dan Broery ini sama persis seperti yang ku alami tadi malam, “tau dari mana kalian?” “ya tadi di sekolah anak-anak cerita kak”
Langsung ku putuskan ku telpon mamah ku di Samarinda, “tutttt...tuttt...tutttt...hallo Assalammualaikum...ada apa don??” “Walaikumsalam..apa khabar mah??” “Alhamdulillah baik, kamu sendiri gimana don??” “Kabar ulun (ulun=saya, digunakan sebagai pengganti kata saya bila berbicara dengan orang yang lebih tua-Bahasa Banjar) kurang baik mah..bla..bla..bla...” dan ku ceritakan semua kejadian yang ku alami kemaren, “ohh klo begitu segera kamu telpon Ibu Iin ya, ini no HP nya, tanyakan ke beliau don...!!!” “Baik mah, ulun segera telpon beliau...Assalammualaikum...tut..tut..tut..” langsung saja ku kontak Ibu Iin (Ibu Iin adalah seorang spirituil yang bisa dikatakan memiliki kemampuan lebih di banding manusia biasa seperti aq), ku ceritakan semua apa saja yang ku alami sejak kejadian hingga pulang kembali ke mess dan semua kejadian yang dialami anak-anak setelah berada di rumah.
Dan....kontan saja aq tercengang...”Astaghfirullah don, ada 2 sosok yang mengikuti mu” “hahhhh??? Iya kah bu??? Apa itu???” “ya 2 sosok...yang 1 adalah seorang wanita yang cukup menyeramkan..yang berada di pundak mu dan 1 nya lagi seekor hewan..entahlah apakah itu domba atau anjing..ibu masih samar melihatnya dia ada melekat di pinggang mu..itulah yang membuat mu tidak tenang” “lantas..saya harus bagaimana bu???” “segera ambil air wudhu dan sholat lah...Insya Allah..ibu akan coba buang dari sini ya” “Iya bu terima kasih..saya segera lakukan saran ibu..Assalammualaikum...tut..tut..tut...
Setelah sholat 2 rakaat memohon perlindungan Allah dari kejahilan setan yang terkutuk, diri ku pun merasa lebih tenang dibanding sebelumnya, setelah itu kembali ku telpon Ibu Iin, dan beliau mengatakan bahwa 2 sosok itu telah hilang dari tubuh ku..Alhamdulillah.
Setelah itu...hanya beberapa saat ketenangan ku rasakan, tiba-tiba datang lah Hendra Wabula, sambil tergopoh-gopoh “kak..kk harus segera ikut saya, keadaan Viskar mengkhawatirkan..kacau kak..ayo kak...!!!” “kenapa lagi Viskar, ada apa???” “sudahlah nanti saja bertanyanya kak, setelah kk lihat sendiri, kk akan mengerti” “ahhhh...ada apalagi sehhh...??? rasanya malas sekali aq ikut si Hendra, namun karena rasa tanggungjawab, biar bagaimana pun aq adalah pembina, aq harus tau apa yang terjadi, aq harus...ahhh sudahlah kuputuskan untuk ikut Hendra. Belum sempat ku ganti pakaian sholat ku,masih mengenakan baju koko, sarung dan kopiah haji..kopiah yang paling suka ku gunakan dibanding kopiah yang lain.
Langsung ku ambil tasbih dan buku yasin ku, aq tahu ada hal yang tidak beres yang akan ku hadapi nanti, bergegas ku starter motor ku dan tak lupa pula ku ajak Ammar dan Broery untuk menyertai ku. Sesampai disana, betapa kagetnya aq, terlihat banyak sekali orang berkerumun di depan rumah Viskar yang berada di bantaran Sungai Remu. Karena posisi ku sebagai Pembina sehingga tidak sulit bagi ku menembus kerumunan orang itu untuk bisa masuk ke rumah Viskar. Baru saja ku langkahkan kaki ku masuk ke pintu rumahnya. Terdengar erangan suara...“ahhhhhhh....hentikan...panas....sudahhhhhhhhhhh.....” seketika itu jantung ku berdetak kencang, kaki ku terasa bergetar...”Astaghfirullah...”
Kulihat keadaan Viskar yang meronta-ronta, banyak sekali yang memegangnya namun semuapun tak mampu..tasbih yang dikalungkan kelehernyapun putus dan tercerai berai ke lantai. Masya Allah kekuatan apa yang ada dalam diri Viskar ini??? Ku lihat di dekatnya ada Echan. Echan sama seperti Broery..ia juga tangan kanan ku..dan menjadi orang kepercayaan ku juga. Ku panggil dia untuk mendekat kepada ku, sesaat kemudian Echan pun mendekat kepada ku, sambil berbisik ia menceritakan kejadian yang dialami Viskar.
“Viskar parah kak, dia lah sebenarnya yang merupakan sasaran dari kemarahan makhluk halus penduduk Saoka...” “ apaaa....?? emangnya kenapa Viskar, ada apa dengan dia???” Sejuta pertanyaan berkecamuk dalam otak ku dan rasa bingung serta rasa ingin tahu yang terus menjadi jadi..seakan akan ingin membuka tabir rahasia yang berada dalam diri Viskar.
“Viskar lah yang menjadi sasaran kemarahan, saat di Saoka ia menantang penduduk disana berkelahi dan beradu ilmu..” Viskar ternyata memang memiliki ilmu turunan dari ayahnya, namun kelihatannya ia sombong dan angkuh sehingga ia menyalahgunakannnya. “waktu kita mau pulang dari saoka..ia memukul Tuyul yang ada di Saoka kak, itulah mengapa waktu mau pulang banyak motor yang tak mau hidup, selain itu sesampai di rumah ia selalu kesurupan, seperti orang gila, selalu berteriak teriak, naek ke atap rumahnya dan berlari-lari dan melompat dari atap rumah yang satu ke atap rumah yang lain, kemudian terjun bebas ke tanah, untunglah tidak terjadi cedera yang cukup parah terhadap kakinya” “Masya Allah..sampai segitu parahya kah chan???” “Iya kak..begitulah keadaannya..di sekolah ia pun seperti orang yang kesetanan...ia lempar pak guru dengan kursi kak..namun ya begitulah semua dilakukannya diluar alam sadarnya”.
“sekarang kk lihat sendirikan gimana keadaannya???” dengan terus memusut dada dan terus berdzikir...aq terus diliputi rasa heran dan ketidakpercayaan ku. “Kak...kk tau saat ini diluar rumah Viskar banyak sekali penduduk Saoka yang datang menunggu disana, semuanya kak..semua yang mengganggu kita kala malam itu, semua ada disini..mereka menuntut dan mereka meminta diantar pulang ke Saoka, karena sejak kita pulang dari Saoka, ternyata mereka semua mengikuti Viskar” bulu kuduk ku sedari tadi terus merinding dan kepala ku rasanya besar sekali ku rasa.
“heiiii...” terkejutnya aq, ku lihat ada Chia juga di rumah ini, ternyata rumah Chia tak jauh dari rumah Viskar. Setiap melihat Chia, selalu saja membuat ku selalu ingin memalingkan wajah, kenapa?? Sosok sadar Chia selalu saja membuat ku ngeri bila memandangnya, matanya yang bulat dan besar dan rambutnya yang ikal selalu saja membawa imajinasi ku terhadap...ahhh sudahlah aq tak mau membayangkannya.
Ketika Aq asyik berbincang dengan Echan, Ammar, Broery dan Hendra, tiba-tiba ku dengar Chia terbatuk-batuk, awalnya aq mengira ia hanya batuk biasa, namun lama-kelamaan...batuk itu semakin panjang dan semakin kencang...uhukk..uhukkk..uhuk..uhukkk...dan lalu......hihihihihihihihihihi...betapa kagetnya aq dan melompat ke atas sofa di ruang tamu Viskar. Chia kesurupan lagi..tertawanya sama persis seperti yang ku dengar waktu di Saoka...yaitu adalah Kuntilanak.
Segera kami semua membaca Ayat Kursi...dan “ahhhhhh....panas....panas....hihihihi..hentikan....” Chia terus berontak kepanasan.... “keluar..keluar...keluar nggak kamu...mengganggu saja” begitu ku dengar bentakan Echan terhadap sosok yang menghuni jasad Chia. Kemudian Chia memandangi kami satu persatu-satu dengan tatapan yang begitu tajam..dengan matanya yang bulat dan merah karena semua urat-urat matanya keluar dan penuh kebencian terhadap kami. Dan kemudian chia tertawa lagi “hihihihihihihihihihihihihi”. Setelah cukup lama mengatasi hal ini, akhirnya Chia pun kembali sadar...Alhamdulillah...Chia adalah wanita yang lemah bulu..sehingga sangat mudah sekali ia dimasukin sosok/makhluk lain, atau juga mungkin lemahnya pegangan dan landasan agamanya.
Setelah itu bergegas Echan langsung ke ruang tengah, seketika itu juga kutanyakan “ada apa chan??” “Tuan Tanah Saoka datang kk” Tuan tanah ini lah yang merupakan Raja dari penghuni Saoka itu sendiri. Seketika itu pula Tuan Tanah ini merasuk ke dalam tubuh sesorang bapak yang ada di rumah Viskar dan berkata “anak ini terlalu sombong” sambil menunjuk ke arah Viskar, “ia terlalu angkuh..ia salah gunakan ilmu yang dipegangnya, ia tantang warga ku berkelahi, ia pukul...dan kalian semua membuat kekacauan di rumah ku, kalian membuat kotor” sambil marah dan membentak..semua terdiam dan tertegun, begitupun dengan Viskar ia hanya tertunduk lesu.
“lalu apa yang harus kami lakukan, sebagai permintaan maaf kami???” ujar seorang bapak lainnya dalam rumah itu, lalu Tuan Tanah ini menjawab “besok saat magrib kalian datang ke Saoka..ke tempat ku..bawakan sirih, pinang, rokok...dan letakkan diatas piring dan ucapkan permintaan maaf kalian” dan akhirnya keluarga besar Viskar pun menyanggupinya.
Aq pun diajak ikut, namun “apa?? kalian gila...aq masih trauma dengan kejadian itu, baru kalian ajak aq ikut lagi, ahhh tidak...ini sudah bukan urusan ku lagi dan aq sudah mau keluar dari lingkaran masalah ini, jika kalian ingin ikut maka silahkan..dan jangan paksa aq untuk ikut lagi, apalagi itu waktunya magrib..emangnya kalian tidak sholat apa???” aq pun terus kokoh dengan pendirian ku...
Setelah itu kami pun pulang ke rumah masing-masing, namun Ammar dan Broery ikut dengan ku, katanya ingin tidur di Mess bersama ku. Ditengah perjalanan pulang, tiba-tiba Ammar menyuruh ku bergegas dan ngebut dalam menggas motor ku, aq bingung ada apakah gerangan..”ada apa mar” “ihhh..cepet kk..ada suanggi yang kejar kita” “hahhh?? Suanggi???” Suanggi adalah salah satu setan/hantu berupa kepala manusia yang terbang dan masih terdapat jantung yang bergelantungan di kepalanya..jika di Kalimatan aq biasa menyebutnya Kuyang. Langsung ku kebut motor ku dan setelah sampai di mess kami semua berlarian dan segera masuk ke dalam kamar. Sebenarnya aq bingung..karena aq sendiri tidak melihatnya, tapi Ammar??? Ya tentu saja ia melihatnya. Aq sempat berpikir ia hanya bercanda, namun setelah ku amati mimik wajahnya yang begitu serius, tak ku temukan tanda-tanda ia berbohong.
“ada berapa suanggi mar??” “banyak kk..jangan keluar mess dl ya..mereka ada diluar..” dalam perasaan takut aq pun terus berdzikir memohon pertolongan Yang Maha Kuasa. Setelah cukup lama menunggu..akhirnya suanggi-suanggi itu pun menghilang. Dan aq keluar mess menuju kamar mandi, berhubung memang kamar mandi ku berada terpisah dari mess ku. Ku ambil air wudhu dan sholat Isya yang sedari tadi belum sempat ku lakukan, setelah itu ku baca surat Yasin dan ku ambil segelas air putih dan ku letakkan di atas sajadah ku. Setelah membaca Yasin kemudian ku minum airnya sedikit dan sisanya ku percikkan ke seluruh isi kamar ku, mess ku dan pelataran serambi mess ku.
Setelah semua itu kulakukan, tiba-tiba Ammar berkata “kak guru ku mau datang” “hah?? Apa mar??? Guru??” darimana??” tak sempat ia menjawab pertanyaan ku tiba-tiba ia terpejam dan terdiam dan berkata “Assalammualaikum...” “Walaikumsalam” jawab ku...”Anda kah Guru yang dikatakan Ammar tadi?” “Iya, aq lah orangnya” ku dengar begitu sopan dan santun sekali perkataannya, bahkan suara yang keluarpun seperti orang tua dan jauh sekali dengan suara dan gaya bahasa Ammar berbicara seperti biasanya, aq semakin yakin bahwa orang yang ku hadapi saat ini bukan Ammar.
“Tenanglah semua akan baik-baik saja, saya sudah pantau sejak kejadian beberapa hari yang lalu hingga saat ini, mess mu ini aman..sudah ada pagarnya ya sejak kamu siram air tadi” ohhh berarti air yasin tadi menjadi pagar yang aq sendiri tak dapat melihatnya. “dan kau..tenanglah..sudah ada yang menjaga mu” jelaslah aq kebingungan..”yang menjaga ku siapa???” “ada...orang baik...alim..saya hanya melihatnya seperti sebuah cahaya putih”
Sebenarnya masih banyak yang ingin ku tanyakan namun, beliau keburu ingin pergi karena mau memimpin pengajian di Makassar,setelah beliau mengucapkan salam..kemudian Ammar pun terbaring tak sadarkan diri, cukup lama aq memukul mukul pipinya untuk sadar dan bangun...”mar bangun mar...bangun” dan akhirnya Ammar pun tersadar dan merasa bingung sendiri dengan kondisi apa yang baru saja terjadi. Dan aq pun menceritakan tentang apa saja yang ia alami dan mengenai percakapan ku dengan gurunya itu.
Esok harinya dan di waktu magrib..mereka pun pergi ke Saoka kembali dan membawa semua yang diminta oleh Tuan Tanah itu, aq bingung apakah ini syirik atau musrik atau bagaimana karena semacam membawa sesajen persembahan...namun entahlah...aq sudah tidak mau memikirkannya lagi, bagi ku masalah ini sudah selesai dan tolong jangan libatkan aq lagi..kerjaan kantor ku dan tugas kuliah banyak kala itu.
Dan malam harinya echan memberitahu ku..bahwa ketika sesajen itu diletakkan banyak sekali lalat yang berkumpul dan hinggap seakan-akan menyantap sesajen itu. Jika dipikir secara logika sejak kapan lalat doyan dengan sirih, pinang dan rokok??? Namun begitulah adanya...lalatnya pun memiliki bentuk yang lebih besar dari bentuk lalat yang pernah ku lihat, begitu lah cerita dari Echan.
Setelah kejadian itu..semua pun kembali normal..dan aq pun merasa lebih tenang dalam mengarungi lautan kehidupan ku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar